Sunday, 24 February 2008

Catatan asyik ketika kemarin diskusi SIT dengan bahasa Inggris dengan judul  buku "Explaining fundamentals Of Islam" [bener ga tuh tulisannya]. Diskusi kemarin memang membedah buku, walaupun cuman halaman 1-16, sekedar melatih berbicara Inggris dengan tatanan ala diskusi, hihihi.

Di sesi termin pertama ada seorang penanya yang mempermasalahkan tentang mukjizat nabi yang berupa "membelah bulan", banyak masalah yang sebenarnya menurutku masih ambigu (alasannya......im anak baru...hehehe..) yaitu tentang: existensi mukjizat itu sendiri setelah lama dia terjadi berkaitan dengan zaman sekarang dan, yang paling im fokus kemarin adalah ketika salah satu audience mengemukakan pendapat tentang rasionalitas suatu mukjizat.

Mukjizat, haruskah dia masuk dalam kategori rasional atau irrasional atau suprarasional...? -3 istilah tersebut adalah salah satu bahasan yg im baca di Logika Agama, Quraish Shihab-. Menurut penjelasan temen kemarin suatu mukjizat haruslah berbentuk rasional, dimana akal harusnya bisa menelaahnya. Ntar...jangan terburu2. Lebih jauh si temen mengemukakan Iman memang wajarnya adalah suprarasional atau bahkan dia irrasional.

Temen:
"Iman" itu sendiri adalah suatu kepercayaan yang sulit dicerna akal, dia lebih di fokuskan untuk kepercayaan hal yang ghoib. Untuk mengenalkan hal tersebut maka dibutuhkan disini suatu hal yang bisa menarik manusia untuk mempelajari dan mengikutinya, hal tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu fungsi i'jaznya mukjizat. Simpulnya adalah mukjizat sewajarnya hal yang rasional dan dia terletak sebelum seseorang memeluk keimanan itu sendiri.

Im [I am]:
Mmmm....... sudah im bilang bahwa dalam keseluruhan ajaran kita hal2 yang berkenaan dengan akal dibatasi atau digolongkan menjadi 3 bagian: irrasional-rasional-suprarasional.

Terlepas dari pengelompokan dan pengkhususan iman atau mukjizat haruslah rasio atau irrasio atau bentuk ketiga. Sebenarnya kita juga mendapatkan dimana mukjizat adalah hal yang masuk akal, im contohkan disini adalah al-Quran, dimana bagian2nya juga mengandung banyak hal yang bisa dicerna oleh akal.
Masalah mukjizat dia harus didahulukan sebelum iman....nggak juga deh, banyak mukjizat rasul dulu juga ada yang turunnya adalah setelah iman merasuk ke hati mereka, dan fungsi mukjizat disini bukan lagi sebagai i'jazul kuffar tapi sebagai penguat keimanan.


Coretan ini akan berarti bagi kami seandainya ada kesalahan2 kemudian ada pembetulan....

4 comments:

  1. Ini sedikit penjelasan.

    Sikap orang beriman terhadap Ayat-Ayat Allah dan Hadits shohih adalah Mengimaninya. tidak perduli ia rasional atau tidak. akal kita sangaaaaaaaaaaaaaaaat terbatas. jika kita mengunggulkan iman kita, akan cenderung membawa kita ke faham liberal.

    Apakah kita termasuk orang yang meragukan kebenarannya? tidak beriman dong kita.

    Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Qs 2:2-3)


    Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Qs 22:54)

    Dan masih banyak lagi ayat yang lain.
    untuk lebih jelasnya, bisa kita baca di :

    http://um412ok.multiply.com/journal/item/78 (Tolok_ukur_Suatu_Kebenaran)

    ReplyDelete
  2. sory mas togi, tapi kayaknya di MP-ini untuk tulisan2 yang berat belum mau ngangkat..........peace yah..!

    ReplyDelete
  3. Ketika di Mesir, Pak Quraisy sempat cerita ttg Ustadz Abdul Halim Mahmud mengenai aqal. Ust Abdul Halim Mahmud bertanya: "Aqal siapa, aqal orang beriman atau aqal orang kafir? Begitu juga dgn mukjizat menurut aqal siapa? Al-Quran bagi org beriman adalah rasional, sedangkan menurut org kafir irrasional.

    ReplyDelete