Mungkin kesimpulan sikap dari mereka gak jauh dari dua kemungkinan:
1. Mereka yang mengaku muslimah namun belum berjilbab setelah
membaca semacam "tulisan yang kayak ginian" akan merasa malu sama
diri mereka sendiri, mereka tetap meyakini jilbab itu wajib, dan
mereka akan jujur dengan diri mereka sendiri, bahwa tidak
memakainya jilbab bagi mreka adalah kesalahan, minimal merasa
bersalah lah. Walaupun secara praktek mereka belum memakainya namun
secara i'tiqadi mereka masih meyakini bahwa hal itu adalah WAJIB.
Perasaan seperti itu paling tidak yaaaa muncul hanya ketika membaca
tulisan ini atau tulisan sindiran lainnya, fa maa ba'dahu
.................gw kagak teu???!!!
2.Kemungkinan selanjutnya: cewek2 yang punya KTP bertuliskan Islam
tersebut kalau baca "tulisan yang kayak ginian" mungkin malah
merasa punya angin segar untuk terus tidak berjilbab, dia malah
semakin menjadi2 untuk tidak belajar tentang Islam yang benar lagi.
Atau mungkin mereka buru2 buka situs2 sepilis dan buru2
mendaftarkan diri sebagai anggota baru JIL wa ashaabuhu.
Nah sekarang silakan simak cuplikan artikel2 begok dibawah ini:
..............................................................Seakan-akan jilbab itu adalah Islam itu sendiri. Pertanyaannya, benarkah jilbab itu adalah Syariat Islam? ..................................Jawabannya tentu saja sangat panjang dan tidak hitam putih. Meski jilbab hanya salah satu bagian pakaian untuk perempuan tapi konsep ini punya sejarah yang sangat panjang. Sebagai pengantar untuk buku ini, saya akan mengurai kata dan sejarah jilbab. Tak lupa, saya juga akan kaitkan dengan konsep Islam menurut persepsi subyektif saya tentang jilbab..................
.......................Menurut Ruth Rodded dalam bukunya Kembang Peradaban, sampai sekarang masih terjadi perbedaan pendapat mengenai makna dan penerapan praktis ayat-ayat hijâb. Perbedaan pendapat ini juga berkisar pada definisi-definisi yang tepat mengenai kata-kata tertentu (termasuk istilah hijâb), konteksnya dan apakah peraturan yang ditetapkan untuk isteri-isteri Nabi harus menjadi norma bagi semua perempuan Islam. Namun seperti yang
dikatakan Harun Nasution, “Pendapat yang mengatakan hijâb itu
wajib, bisa dikatakan ya. Dan yang mengatakan tidak wajib pun bisa dijawab ya. Tapi batasan-batasan aturan yang jelas mengenai hijâb ini tidak ada dalam Alqur’an dan hadits-hadits mutawatir.” (Islam Rasional, h.332)......................Nah, pandangan yang mengatakan bahwa jibab itu tak wajib bisa kita baca di buku ini. Bahkan Al-Asymawi dengan
lantang berkata bahwa hadis-hadis yang menjadi rujukan tentang pewajiban jilbab atau hijâb itu adalah Hadis Ahad yang tak bisa dijadikan landasan hukum tetap. Bila jilbab itu wajib dipakai perempuan, dampaknya akan besar. Seperti kutip-annya: “Ungkapan
bahwa rambut perempuan adalah aurat karena merupakan mahkota mereka. Setelah itu, nantinya akan diikuti dengan pernyataan bahwa mukanya, yang merupakan singgasana, juga aurat. Suara yang merupakan kekuasaannya, juga aurat; tubuh yang merupakan
kerajaannya, juga aurat. Akhirnya, perempuan serba-aurat.” Implikasinya, perempuan tak bisa melakukan aktivitas apa-apa sebagai manusia yang diciptakan Allah karena serba aurat.
.......................Buku ini, secara blak-blakan, mengurai bahwa jilbab itu bukan kewajiban. Bahkan tradisi berjilbab di kalangan sahabat dan tabi’in, menurut Al-Asymawi, lebih merupakan keharusan budaya daripada keharusan agama.
Setelah membaca tulisan ini dan ternyata makin banyak yang jadi bego berarti im harus merasa bersalah nih, im cuma berharap semoga corat-coret ini menjadi motivasi bagi kita yang masih berpegang dengan exklusif-nya agama Islam, masih berpegang dengan ketentuan bahwa hanya Islam agama yang benar dan selain itu adalah salah, kita berhak menyalahkan agama lain dengan kesalahan, walaupun kita juga harus junjung tinggi toleransi, karena toleransi bukan berarti ikut membenarkan hal2 yang salah.
Kita harus benar2 lebih belajar tentang bagaimana menyikapi arus deras kritik2 bodoh tentang islam. Mereka yang menantang Islam dengan kontak fisik ok lah kita bisa hajar mereka dengan nendang balik, tapi kalau mereka menyerangnya dengan perang pemikiran.... waduhhhh kayaknya im harus tetap selalu belajar..........
astaghfirullahal'adziim.. a'uudzu billahi min dzalik..
ReplyDeletewah.. tulisan orang itu bikin telinga saya.. hmm..
dek, afwan, teksnya yang berwarna kuning terasa sakit kalau dibaca via hp. gimana kalau warna font diganti.
jazaakallah khoyr.
astaghfirullahal'adziim.. a'uudzu billahi min dzalik..
ReplyDeletewah.. tulisan orang itu bikin telinga saya.. hmm..
dek, afwan, teksnya yang berwarna kuning terasa sakit kalau dibaca via hp. gimana kalau warna font diganti.
jazaakallah khoyr.
hihihi ga kepikiran sampe situ mbak, ya deh ana ganti........!
ReplyDeletecoba perhatikan...penulis rujukan mereka gak ada yang lain. dari dulu yang mejadi rujukan adalah Al-Asymawy, sama dengan bukunya pak Quraisy Syihab "Jilbab Pakaian Muslimah" kalau gak salah itu judulnya...coba antum cari tulisannya ust. Aep Saefullah membredel huruf per huruf kata per kata bukunya pak Quraisy. siapa Al-Asymawy sebenarnya. dan bagaimana sepek terjangnnya dalam intelektual muslim Arab. dulu pernah diadakan di Wisma NUsantara...
ReplyDeletesemangat terus...doanya neh..gantian ujian ya...miscall dong kalo malem heheh
InsyaAlloh pelacakannya nanti nggih Ustas, moga dapet.......!!!!
ReplyDelete* Yups moga ujiannya lancar wae, insyaAlloh lah klw syahnnya ga bokek hihihi.......
Kasihan sekali ya orang menulis & "mengamalkan" tulisan itu,....
ReplyDeleteNa'udzubillahi mindzalika,
na'uudzu billah tsumma na'uudzu billaaaah.......
ReplyDeleteasiek donk
ReplyDeleteasiek dari honkonk
ReplyDelete"...im cuma berharap semoga corat-coret ini menjadi motivasi bagi kita yang masih berpegang dengan exklusif-nya agama Islam, masih berpegang dengan ketentuan bahwa hanya Islam agama yang benar dan selain itu adalah salah, kita berhak menyalahkan agama lain dengan kesalahan, walaupun kita juga harus junjung tinggi toleransi, karena toleransi bukan berarti ikut membenarkan hal2 yang salah...." Suka :)
ReplyDeleteSEpp setuju abis sama mas ibnuabidin :D
ReplyDeleteEits iya, seharusnya im kudu ngejawab juga dari segi keilmiyahan tentang tuduhan miring terhadap jilbab tsb...
ReplyDelete