Tepat hari senin malam im and temen 'kongkow' yang ketika itu hanya tiga orang membincang masalah-masalah ringan tentang kesibukan musim panas. Im yang pimred majalah berangan-angan untuk sekedar memanjakan diri sejenak, mengambil nafas di alam bebas tanpa kesibukan apa pun. Ustadz Musyaffa' pun mengiyakan saja. Dan bahkan ke depan kita punya agenda untuk jilsah di hadiqah atas usulan yang saya ajukan.
Siang hari senin setelah malam sebelumnya im menyatakan untuk memanjakan diri, telepon berdering. Alhamdulillah telepon tersebut bukan dari organisasi, jadi bisa dipastikan bukan tentang buat janjian ketemuan untuk membahas problem lagi. Telepon tersebut datang dari guru ngaji tahsin, Ustadz Arif Wardhani. Isi obrolan persis dengan apa yang im malam kemarin inginkan, jalan-jalan atau rihlah. Dengan nada cepat dan terkesan terburu-buru beliau menawarkan ngeteng ke Matruh, wah tepat sekali batin im, tanpa ragu lagi im mengiyakan ajakan ngeteng ke propinsi terluas di Mesir tersebut.
Saking terburunya beliau menyarankan untuk ga pakai mandi atau kepentingan ecek-ecek lainnya, batin im seh iya iya aja biar cepet walaupun aslinya setelah telepon ditutup im sempetkan untuk mandi, dan bahkan gw nyamperin PCIM dulu buat nganterin uang pendaftaran anggota untuk registrasi rihlah maktabah yang diadakan oleh PCIM bekerjasama dengan PMIK.
Rute 1:
Akhirnya im naik tramco jurusan Ramsis lantaran Ustadz Arif sudah menunggu sejak jam 1 siang, sedangkan jam segitu im baru naik menuju tempat yang dijanjikan. Jret... anggap aja im dah sampai. Bertemu di masjid Alfath Ramsis, im dapat teguran, katanya hampir 1 jam beliau menunggu, "hhwehehe ya ma'alisy aja lah, tramconya tadi muter-muter ga jelas", gw berdalil.
Rute 2:
Kami berdua akhirnya segera menuju tempat bis yang lagi ngetime di pojokan mahattah. Mmm... namana lupa, tapi kayaknya bus tersebut berwarna dasar putih dengan list biru di tengahnya. Im masuk bis pukul 2 siang. Diperkirakan jadwal keberangkatan 45 menit lagi. Eh tak taunya molor hingga pukul 3.30 kita baru chaw keluar dari Kairo. Tiket kami bayar di dalam bis dengan harga 20 pond perorang. Mengingat perjalanan yang bakal diperkirakan memakan waktu 3 setengah jam, maka kami prediksikan waktu kedatangan pukul 7.30 di
Dus, bus yang kami tumpangi chaw meninggalkan
Di tengah perjalanan pemandangan indah dibuka di daerah Imbabah. Daerah yang bisa dikatakan daerah pertanian. Karena di sekeliling im banyak ladang terhampar. Kebanyakan tanaman jagung dan rerumputan sejenis kolonjono, rumput yang terlihat rapi sepertinya emang disengaja untuk makanan ternak. Sejenak ngingetin kami dengan pemandangan tanah air
Perjalanan berlanjut, kadang hanya diselingi dengan hamparan luas gurun pasir yang tandus dan panas, tetapi di tempat lain im repect sama pemerintahan Mesir akan adanya usaha untuk penggemburan gurun tersebut. Tak heran bila diantara negara Afrika lainnya Mesir menjadi andalan dalam masalah pertanian diantara mereka. Tak habis pikir, gurun yang segitu luasnya dan panas sedikit demi sedikit ditanami dengan pohon-pohon khas tropic.
Entah di daerah mana, pastinya im melihat pemandangan yang lebih seru dari ladang Imbabah di awal perjalanan tadi. Ladang pertama hamparan jagung lagi, dilanjutkan dengan jeruk nipis, mangga, disela-sela ladang ada juga tanaman khas Arab, kurma yang bergelantungan.
Detik-detik masuk
Seperti yang im perkirakan, setelah periode rawa-rawa psti akan berjejer market-market kelas national Mesir ataupun iternational, dan itu pertanda bahwa
Pukul 7.30 sore pas kami sampai di mahattah akhir di pusat
Eits, tunggu dulu, ada yang ketinggalan. Yup, kami sendirilah yang ketinggalan, ketinggalan informasi tepatnya. Kita nyasar alias keblablasan.....
0 comments:
Post a Comment