Thursday, 8 January 2015



"Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa ...", itulah gambaran jasad seorang ibu muda yg tengah menggendong bayinya yg baru berumur 5 bulan.

Hari kedua kepanduan semarang dan unit daerah lainnya mengikuti apel siaga pagi, hal rutin yang selalu digalakkan oleh dpd setempat di posko. Dimulai dari pemanasan ala senam/silat dan dilanjutkn dengan lari2 kecil. Saya sendiri dan beberapa unit Semarang secara terpisah tdk mengikuti apel siaga, karena bakda shubuh tepat di masjid daerah relawan menginap diadakan tausiah dari kubu Jamaah Tabligh.

 Apel siaga juga dijadikan ajang pembagian job. Nah, untuk hari kedua unit kami diperbantukan untuk evakuasi di tempat kejadian longsor. Beberapa menit kemudian kami pun berangkat, tapi sebelumnya kami harus memastikan semua perangkat keselamatan relawan harus dilengkapi.

Perangkat itu antara lain; masker usahakan rangkap 2-3, di sela2nya diberi bubuk kopi agar mengurangi aroma mayat yg telah membusuk selama 7 hari, sapu tangan yg anti air terbuat dari karet usahakan sepanjang siku guna menghindari bakteri mayat yang sangat infeksif, sepatu boot, alat gali, dan mental baja.

Kami dipandu oleh relawan Basarnas, secara legal formal, pengalaman dan jumlah relawan lapangan, mereka sangat mendominasi. Setiba relawan pks di tkp, mas luthfi selaku pemandu lapangan dari Basarnas, dengan yakin sambil menunjuk dua kubangan air berkata bahwa di dalam sana ada 2 mayat. Entah insting SARnya atau saintifik clue yang memandunya dengan yakin mengatakan itu.

Tanda ilmiahnya adalah terdapat bau khas bangkai manusia, gelembung2 kecil yg muncul ke permukaan air, plus adanya minyak yg bercampur dalam air itu.

Peralatan manual pun didatangkan, pacul, ember, skop dan mesin diesel penyemprot air, hal itu difungsikan agar penggalian tanah berjalan dengan hati-hati, jangan sampai jenazah terkena ayunan pacul maupun linggis dari relawan. Dengan hanya disemprotkan dengan air, beberapa tanah menggerus dengan sendirinya, barulah pacul dan skop menyambut tanah-tanah tersebut untuk dipindahkan ke tempat lain.

Insting Mas Luthfi dari SAR memang patut kami acungi jempol. Setelah relawan gabungan hampir 3 jam menggali genangan air yang ditunjuk tadi, tiba-tiba saja bau bangkai manusia semakin tajam mencocok hidung. Posisi mayat sangat sulit memang, terdampar di sisi tembok, terjepit dekat tonggak kayu besar, entah tiang atau memang pohon. Rambut panjang menyembul, perlahan, relawan masih menggali dalam lagi. Baju bagian bawah dengan motif bunga terlihat, sebagian potongan tubuh itu sudah cukup memeberi gambaran penuh posisi terbenamnya mayat, maka penggalian kanan kiri atas bawah semakin dipertimbangkan.

Sejurus kemudian, tangan kiri Sang Ibu muncul, terlihat putih layu, tapi tidak lecet. Sang Ibu terbujur miring kanan sambil tangannya mendekap bayi yang baru berumur 5 bulan. Kakinya yang terlipat menunjukan seolah-olah sekuat tenaga ia harus melindungi anaknya dari marabahaya. 


Ibu, Bunda, Mama, Mami, Umi, Bundo, Simbok, Mother.... kasihmu tiada tara.

0 comments:

Post a Comment