"Kasih ibu kepada
beta tak terhingga sepanjang masa ...", itulah gambaran jasad seorang ibu
muda yg tengah menggendong bayinya yg baru berumur 5 bulan.
Hari kedua kepanduan
semarang dan unit daerah lainnya mengikuti apel siaga pagi, hal rutin yang
selalu digalakkan oleh dpd setempat di posko. Dimulai dari pemanasan ala
senam/silat dan dilanjutkn dengan lari2 kecil. Saya sendiri dan beberapa unit
Semarang secara terpisah tdk mengikuti apel siaga, karena bakda shubuh tepat di
masjid daerah relawan menginap diadakan tausiah dari kubu Jamaah Tabligh.
Apel siaga juga
dijadikan ajang pembagian job. Nah, untuk hari kedua unit kami diperbantukan
untuk evakuasi di tempat kejadian longsor. Beberapa menit kemudian kami pun
berangkat, tapi sebelumnya kami harus memastikan semua perangkat keselamatan
relawan harus dilengkapi.
Perangkat itu antara
lain; masker usahakan rangkap 2-3, di sela2nya diberi bubuk kopi agar
mengurangi aroma mayat yg telah membusuk selama 7 hari, sapu tangan yg anti air
terbuat dari karet usahakan sepanjang siku guna menghindari bakteri mayat yang
sangat infeksif, sepatu boot, alat gali, dan mental baja.
Kami dipandu oleh
relawan Basarnas, secara legal formal, pengalaman dan jumlah relawan lapangan,
mereka sangat mendominasi. Setiba relawan pks di tkp, mas luthfi selaku pemandu
lapangan dari Basarnas, dengan yakin sambil menunjuk dua kubangan air berkata
bahwa di dalam sana ada 2 mayat. Entah insting SARnya atau saintifik clue yang
memandunya dengan yakin mengatakan itu.
Tanda ilmiahnya adalah
terdapat bau khas bangkai manusia, gelembung2 kecil yg muncul ke permukaan air,
plus adanya minyak yg bercampur dalam air itu.
Peralatan manual pun
didatangkan, pacul, ember, skop dan mesin diesel penyemprot air, hal itu
difungsikan agar penggalian tanah berjalan dengan hati-hati, jangan sampai
jenazah terkena ayunan pacul maupun linggis dari relawan. Dengan hanya
disemprotkan dengan air, beberapa tanah menggerus dengan sendirinya, barulah
pacul dan skop menyambut tanah-tanah tersebut untuk dipindahkan ke tempat lain.
Insting Mas Luthfi dari
SAR memang patut kami acungi jempol. Setelah relawan gabungan hampir 3 jam
menggali genangan air yang ditunjuk tadi, tiba-tiba saja bau bangkai manusia
semakin tajam mencocok hidung. Posisi mayat sangat sulit memang, terdampar di
sisi tembok, terjepit dekat tonggak kayu besar, entah tiang atau memang pohon.
Rambut panjang menyembul, perlahan, relawan masih menggali dalam lagi. Baju
bagian bawah dengan motif bunga terlihat, sebagian potongan tubuh itu sudah
cukup memeberi gambaran penuh posisi terbenamnya mayat, maka penggalian kanan
kiri atas bawah semakin dipertimbangkan.
Sejurus kemudian, tangan kiri Sang Ibu muncul, terlihat putih layu, tapi tidak lecet. Sang Ibu terbujur miring kanan sambil tangannya mendekap bayi yang baru berumur 5 bulan. Kakinya yang terlipat menunjukan seolah-olah sekuat tenaga ia harus melindungi anaknya dari marabahaya.
Sejurus kemudian, tangan kiri Sang Ibu muncul, terlihat putih layu, tapi tidak lecet. Sang Ibu terbujur miring kanan sambil tangannya mendekap bayi yang baru berumur 5 bulan. Kakinya yang terlipat menunjukan seolah-olah sekuat tenaga ia harus melindungi anaknya dari marabahaya.
Ibu, Bunda, Mama, Mami,
Umi, Bundo, Simbok, Mother.... kasihmu tiada tara.
0 comments:
Post a Comment