Thursday, 8 January 2015



Sabtu pagi hari korlap posko pks memulai aktifitas relawan, sekitar pukul 08.00 wib. Dimulai dengan apel siaga dilanjutkan dengan briefing dan pembagian tugas. Kebetulan unit semarang yg terdiri dari 7 orang ditempatkan di pemakaman, artinya kami bertanggungjawab terhadap semua hal yg berkaitan dengan pengebumian mayit; menggali lubang, memasukan mayit, menguburkan dan menutup lubang.

Kuburan yg kami tuju memang kuburan masal yg dikhususkan untuk mengubur korban longsor di dusun jemblung, sekalipun tepat di atas terasering kuburan sudah terdapat kuburan lama. Menurut pak iwan, penduduk setempat yg rumahnya menjadi posko pks, dari 90-an korban yg sudah ditemukan, sudah 50-an mayat yg telah dikebumikan di sana, sisanya ada yg diambil oleh keluarganya yang masih ada untuk dikubur di tempat lain.

Di kuburan itu, kami sudah menemukan 5 lubang galian, beberapa lubang tersebut masih belum sempurna, bisa jadi ditinggalkan relawan karena hujan turun, bisa jadi juga karena memang kemungkinan temuan mayat baru sangat kecil. Kami pun meneruskan galian pintu gerbang alam kubur untuk para penghuni baru yang diperkirakan masih 30-40 orang lagi yang tengah dalam pencarian.

Waktu menunjukan pukul 11.00. Diawali dengan kabut yang turun, perlahan air lembut membasahi kulit ari-ari, dan akhirnya hujan turun dengan derasnya. Penggalian kubur otomatis kami hentikan, karena percuma bila kami tetap menggali air hujan akan terus menggerus permukaan tanah, apalagi tanah buangan dari galian kubur hanya kami tumpuk di pinggiran liang. Kami pun berhenti.

Dari 9 orang penggali, 6 orang berpulang ke pos relawan, 3 orang masih berjaga di pekuburan, berjaga-jaga bila saja mayat datang mendadak maka relawan siap siaga mengebumikan korban ke pembaringan terakhir. 3 orang itu adalah, Mas Kasno, Mas Min dan Mas Rois alias penulis sendiri. Kami berteduh di bawah terpal yang didirikan seadanya, bertiangkan potongan bambu di empat sisinya.

Sambil menikmati hujan turun, beberapa relawan evakuasi beranjak naik dari tempat kejadian longsor yang terletak di bawah posko relawan, termasuk dibawah kuburan masal yang tengah kami kerjakan. Relawan Basarnas dengan kaos orange berjalan massal, beberapanya menaiki mobil tumpangan Basarnas, bahkan ada yang menunggangi mobil PDIP yang turut mejeng. Demikian juga barisan TNI dan segenap relawan yang ditempatkan di pemulasaran, identifikasi, mapun evakuasi, semuanya diinstruksikan harus kembali ke posko masing-masing saat turun hujan. Tidak ada yang menjamin keamanan mereka bila evakuasi dilanjutkan di tengah derasnya hujan.

Beberapa rombongan TNI yang lewat sempat ada yang melambaikan kode tangan mereka kepada kami bertiga yang tengah bercengkerama di sekeliling kuburan; jari telunjuk dilingkarkan bersama ibu jari, khas PKS.

0 comments:

Post a Comment