Berawal dari informasi
kakak yang mengatakan bahwa longsor dukuh jemblung kecamatan karangkobar masih
membutuhkan relawan tambahan. Hal itu wajar karena keterbatasan personlia yang
silih berganti datang dan pergi. Dintara relawan masih terikat dengan
aktifitas kerja masing-masing. Bahkan ada yang menyempatkan minta cuti beberapa
hari kerja demi keinginan mereka bergbung dengan Relawan Indonesia/Relindo. Dan
saya sebagai pengangguran plus penyuka jalan2 rasanya tepat bila bergabung
dengan teman2.
Rombongan Relindo
Tengaran-Ungaran/ Kab. Semarang kali ini memberangkatkan 7 personalia. Edi,
Minarto, Taufik, Joni, Darmin, Amin Rois dan Asif bin Rahim.
Dimulai dari Tengaran
saya berkesemptan menyopir Panter setelah akh Joni mengeluhkan pandangan dan
cuacanya yg tdk bersahabat. Hujan gerimis, malam hari, mobil tua dan wipernya
tidak berrungsi dengan baik. Dengan segala keberanian saya pun menjadi sopir
dadakan yang didaulat oleh akh Joni dan pak Darmin. Di jalur lingkar selatan
kami sempat terhenti karena tronton yg sebenarnya kosong macet tepat di sisi
kiri setelah lampu bangjo. Di Bawen kami mengangkut akh Minarto dan kemudian
dialah yg memandu saya menyopir menuju ungaran, tepatnya Warung Soto Mantap Pak
Rohim. Pak Rohim adalah pj Relindo ungaran yg sebelumnya telah mendahului kami
k tkp bencana longsor. Di sana kami dibriefing singkat tentng gambaran umum
medan tkp, cuaca dan persiapan2 lain.
Kami melanjutkan
perjalanan, kapten panter kali ini dipegang oleh pak edi, dengan cekatan mobil
kami mengaspal melalui bandungan - sumowono - wonosobo - dieng - batur hingga
karangkobar. Kami sempat berhenti makan malam di wr. Gayatri. Tidak ada satupun
dintara kita yang pernah ke tkp, alhasil, berkali2 kami turun menanyakan tkp,
mmebangunkan penduduk 3-4 rumah untuk bertanya, ada yg sudah bangun tapi malah
kami tinggal karena ingin bertanya ke tetangga lain. Jalan yg kami lalui sangat
sulit, beberapa tanggul longsor sekalipun sedikit menuntut kewaspdaan sopir.
Kami pun sampai di
kediaman Pak Sumaryo, mantan dewan dpr ri dari Partai Kita Semua. Keterbatasan
daya faham dan lelah yg melanda membuat kami gagal fokus untuk menemukan posko
pks. Beberapa kali kami mbolak-mbalik, bahkan stlah diberi ancer2 oleh sang
mantan dewan. Eh, pak sumaryo orangnya sangat sederhana, bangun malam dan
menunaikan sholat tahajud secara rutin, jadi tidak ada masalah ketika kami
ganggu beliau saat kamo datang pukul 3 dini hari.
0 comments:
Post a Comment