Thursday, 20 May 2010

Negeri 5 Menara, merujuk sebuah buku yang sekarang banyak dibicarakan oleh masyarakat melek huruf di Indonesia, terkhusus temen-temen yang pernah mengenyam pendidikan di pondok Gontor. Sekalipun mereka tidak merampungkan pendidikan tersebut, mereka tetap berhak menjadi IKeluargaPM, ada diantara mereka yang ke luar Gontor ketika masih kelas 3, 4 atau 5. Bahkan ada yang hanya menunggu hitungan hari sebelum yudisium [hari pengumuman kelulusan] tetapi gugur di tengah hari penantian. Hehe, nasib, toh mereka  yang menentukan ikhtiar untuk ala dawam.

Buku tersebut dikarang oleh Ahmad Fuadi, alumni Gontor. Negeri 5 Menara bercerita tentang teman-teman Ahmad Fuadi yang di novel tersebut menamakan dirinya dengan Alif. Alif yang masuk pondok ogah-ogahan dipaksa oleh Amaknya, bertemu dengan sekawanan 5 teman lainnya yang, diantara mereka juga punya kesan sama ketika masuk pondok, terpaksa. Tentunya tidak berhenti di keterpaksaan saja, sajian selanjutnya di novel itu adalah sebab-sebab dimana keterpaksaan tersebut berbalik 180 derajat dan malah berbuah syukur yang amat dalam ketika bisa mereguk ilmu di pondok tercinta.

Tapi sory, di sini bukan lagi bedah novel N5M, secara im belum habis bacanya trus juga, pengen sharing aja tentang acara di Kick Andy kemarin. Setahu yang im baca sampai 1/3 buku, Alif adalah anak Minangkabau, marganya Chaniago. Dari penuturan Alif, orang padang masih punya keturunan dengan orang-orang 'Barat', wow kelenn :p, terutama Alexender the Great, atau kalau dalam sejarah Islam dia dikenal dengan Dzulqarnain, yang punya dua tanduk. 'Sementara' ini im lihat tidak aneh bila rumah adat di Minangkabau digambarkan dengan 2 tanduk di ujung sisi atap mereka. Beberapa keluarga Minang juga masih terbiasa menamakan anak mereka dengan Ramond, Remer dkk…. anyway, temen GW dari Padang punya adik yang dinamain Alexender King …. hohoho J.

Kabar tentang kehadiran N5M beserta tokoh-tokohnya di Kick Andy emang sudah santer sekian hari sebelum hari H. Terang saja ketika hari H, temen-temen yang berada di sekretariat IKPM pada ngumpul depan satu monitor laiknya lihat layar tancep, perasaan bangga dengan almamater, plus penasaran gimana jadinya kalau novel yang bercerita tentang sketsa kehidupan pondok dibedah live di acara telivisi, KICK Andy pula. Sejumlah komputer yang menyala sepakat untuk dinonaktifkan. Temen-temen yang lagi 'nulis skripsi' di FB, atau yang memantau livescore.com, downloader torrent demi update film terbaru, tapi jangan salah, yang lagi comment2an diskusi keilmuan juga ada, tetep "…. Matiin komputernya…aaarrrgghh….." Semuanya sepakat untuk mempersatukan koneksi yang terbagi 5 kabel menjadi 1 saja guna memperlancar jalannya siaran Kick Andy di mivo.tv, hahahaha.

Kiyai Hasan Abdullah Sahal, Ahmad Fuadi beserta Bundanya dan tak ketinggalan, Komunitas Menara turut hadir di acara tersebut, masing-masing mereka mendapat giliran kick-show [kalau talk-show terlalu biasa]  dari Andy.

"Man jadda wajada", "Seberat apa pun masalah yang tidak membuatmu mati, maka ia akan menjadikanmu lebih kuat" dua catatan di atas lah yang masih im ingat secara jelas, sadar dan mantap sebagai pegangan ketika menghadapi kehidupan yang serba, serbi. Tak heran bila salah satu catatan biografi yang dibacakan Andy bahwa disamping sebagai penulis, Ahmad fuadi juga seorang motivator/ trainer. Yang menjadi gelak tawa teman-teman im adalah, ketika si Baso mendapat giliran pertanyaan oleh Andy tentang 'pembunuhan' ayahnya oleh Ahmad Fuadi, bukan marah atau ingin balas dendam, Baso malah tertawa sembari melihat ke arah Alif. Ya, dalam cerita itu, disamping based/ inspired on true story tapi yang tetep diingat adalah kefiktifan novel. Dalam cerita N5M Ahmad Fuadi memang menggambarkan bahwa ayah Baso telah meninggal dunia, walaupun dalam kehidupan nyata masih hidup. :C :P :D :E

Hadirnya sosok sepuh Amak Alif turut menjadikan suasana menjadi trenyuh. Im sendiri merasa bahwa pesan-pesan yang Amak sampaikan juga mewakili apa yang akan disampaikan oleh ortu im sendiri L. Guys… -keknya bagian ini bakal panjang-…. Ibu Alif sedari dulu berharap bahwa si Alif masuk pondok agar menjadi alim ulama', fakih dalam agama. Untuk point pertama; masuk pondok, memang sudah terlaksana, walaupun pada awalnya terpaksa, namun akhirnya Alif menikmati masa-masanya di Gontor dengan sempurna. Namun begitu, setelah Alif lulus, mendapat 8 beasiswa ke luar negeri, menjadi penulis novel best seller, muncul di tivi, ternyata belum cukup memuaskan kehendak Bundanya. Ada pesan tersembunyi yang tersirat ketika menjawab pertanyaan Andy.

Pertanyaan tentang apakah Bunda puas dengan semua yang telah dicapai Alif sampai detik ini? Jawab Bunda panjang lebar. Bila point pertama tadi sudah tercapai yaitu memasukan Alif ke pondok, maka untuk point ke dua, agar menjadi alim ulama' seolah Bunda belum mendapatkannya 100%. Yang im maksud adalah, kepuasan itu atau, kesyukuran Bunda itu sudah ada, namun sebenarnya ada keinginan lain yang lebih besar agar Alif mencapainya, menjadi alim ulama' kelas Buya Hamka kah? Atau mufasir kondang level Qurasih Shihab?

Sebagai seorang Bunda, im apresiasi banget dengan mental 'tidak cepat puas'nya, mental yang im maksud disamping bukan berarti tidak bersyukur atas nikmat, sebesar atau sekecil apa pun, tapi lebih karena mencari berkah yang lebih banyak. Terlepas dari itu, bila im lihat, Ahmad Fuadi dengan bukunya dia sudah memberikan gambaran ADIL tentang pondok [inget novel Meril L? What d’hell is going on], bahwa pondok bukan bengkel yang HANYA menerima barang rusak, bukan pula bahwa pondok mengabaikan ilmu duniawi. Capaian lainnya sebagai trainer/ motivator im kira juga setara da'I penceramah, keduanya memberikan wejangan kebaikan terhadap mad'uw. Well, sudah seperti itu pun, according to harapan Bunda, hal itu belum apa-apa, di atas langit masih ada langit, dibelakang angka seRAtus masih ada jutaan angka nol lainnya.

Satu tokoh idola lagi yang belum terlihat, Kiyai Hasan Abdullah Sahal. Kehadiran beliau lah yang justru menjadikan rating Kick Andy 14 Mei ini bertambah. Sosok beliau masih seperti dulu, jelas dan tegas, penuh kewibawaan yang selaras dengan type beliau yang humoris. Penjelasan berulang tapi sarat pemaknaan. Bahwa di pondok kita tidak hanya diberi pengajaran saja, namun lebih dari itu adalah pendidikan. Yang dimaksud adalah, pengajaran yang terbatas hanya maklumat akademis, tapi juga pendidikan kehidupan, long life education. Diharapkan para alumni yang kapabel dengan bidang apa pun, ketika menggeluti bidang tersebut menjadu insan yang 'baik'. Tak heran pula ketika "Menjadi guru yang baik, pedagang yang baik,,, menjadi polisi yang baik…" di tengah ucapan ini beliau spontan berhenti diikuti tawa khasnya, hadirin di studio pun tak ketinggalan, entah menertawakan polisi atau tertawa melihat seorang Kiyai yang cool J, u know the answer!

Melihat beliau di televisi mengingatkanku sore hari itu, hari selasa menjelang sholat maghrib setelah tau'iyah diniyyah. Al Syukru minni khalishuhu, contoh pendidikan yang takkan im lupakan.

0 comments:

Post a Comment