Tanggal 27, seperti yang im umbar di fb, rentetan jadwal ujian im diawali dengan ujian syafahi/ lisan dengan madah al-Quran dan Tafsir Tahlili. Madah asas setiap jurusan tergantung jurusan yang diambil, bila jurusan Filsafat maka ujian lisannya berupa Quran dan Filsafat, bila jurusan Hadits maka madah yang diujikan ialah Quran dan Hadits Tahlili. Untuk tahun ini madah Quran yang diujikan sebanyak 1 juz pertahun, secara im tingkat tiga maka im diharuskan menghafal 3 juz. Masalah qarar atau keputusan berapa juz pertahun memang selalu mengalami perubahan, dan isu terakhir yang berkembang mengatakan bahwa banin di tahun depan bakal ditetapkan 2,5 juz pertahunnya sehingga titel Lc. kudu nggondol 10 juz lengkap, menanggapi hal itu temen gw comment "Alhamdulillah" di fb-nya, nice comment braDd.. J
3 juz. Malam sebelumnya im iseng nyapa temen asrama dari Nigeria, sekedar berseloroh im minta doa untuk besok ujian lisan, spontan dia nanya "Kamu berapa juz muqarar ?" "tiga" jawabku lirih tapi pasti. "Wahhh… dikit tuh" sembari berjalan ke lantai atas dia menimpali jawabanku dengan pd, dikit? emberRrr….., im mbatin dalam hati. 3 juz memang sangat sedikit bila dibandingkan dengan mayoritas hafalan mahasiswa Mesir atau Afrika lainnya, biasanya mereka sudah menghafal 15-30 juz al-Quran, jempol terbalik lah wat im L
Anggep aja udah pagi dan jam di hp-ku menunjukan pukul 08.00 CLT (cairo LELET time). Sembari muraja'ah im bengong kok pada bawa buku Tafsir Tahlili ya, usut punya usut ternyata yang namanya ujian safahi tahun 3 tuh ya safahi Quran dibarengi dengan Tafsir tahlili atau pelajaran asas setiap jurusan. Pagi-pagi gitu im kok udah kecolongan, memang sih ketika tahun pertama hal itu sudah im rasakan, ujian safahi Quran dengan Tauhid, tahun dua kemarin ujian safahinya cuman Quran saja dan ga ada tambahan madah apa pun, namun nahas, nervous belum hafal juz 3 mungkin yang membuatku bisa oon seperti ini. Tapi untunglah bagaimanapun juga, menurut pengalaman tahun-tahun sebelumnya namanya ujian safahi untuk madah seperti Tafsir pertanyaannya tidak sedetail ketika ujian tulis/ tahriri.
Gerbang dibuka pukul 09.30 CLT [inget kan singkatannya?]. Seluruh mahasiswa berbondong-bondong memasuki gerbang gedung Ushuludin, gedung favorit dari 16.000 mahasiswa asing di univ tertua ini. Im dan teman-teman lainnya langsung menuju lokasi penentuan yang tertempel di papan rusak dan lusuh yang bertengger depan syu'un, lajnah 17 Mudaraj Imam Bukhari lt. 2. Hampir keseluruhan mahasiswa Ushuludin jurusan Tafsir berkumpul di aula besar yang pernah im duduki ketika tingkat/ tahun pertama dulu, luas dan menampung banyak orang. Pantas saja teman disampingku berseloroh "ternyata banyak juga ya jurusan kita" dan berbanding balik lik lik lik balik banget dengan keadaan sehari-hari aktif kuliah. Makanya im menyimpulkan: 1. Jumlah mahasiswa yang terlihat di hari aktif kuliah sebenarnya hanya mewakili 20% anggota keseluruhan mahasiswa jurusan tafsir 2. Ternyata im menduduki Fakultas yang terbanyak anggotanya [Ushuludin] sekaligus berstatus jurusan yang paling banyak diminati [Tafsir].
CLT pun mulai terbuktikan, Cairo LELET Time. Jadwal ujian yang seharusnya dimulai pukul 10.00 tepat ternyata harus molor hingga pukul 12 kurang sedikit. Dosen penguji pun datang membawa map berwarna krem, tertulis di halaman muka "Lajnah 17". Sekilas wajah dan penampilan, beliau memang mencerminkan pribadi yang tegas, bijaksana, dua kilas kita memperhatikan wajahnya, maka im bakal bilang bahwa beliau adalah orang yang berwibawa karena kepribadiannya [masalah telat datang? anggap aja ada halangan].
Nah, satu persatu mahasiswa lajnah 17 digilir dengan pertanyaan-pertanyaan yang serius, penyampaian yang profesional, tegas, namun bukan berarti tidak mengayomi. Beberapa jawaban hampir salah dan bahkan ngawur , tapi segera beliau membenarkan layaknya guru yang menjelaskan kepada muridnya. Im enjoy dengan gaya beliau menguji, penuh wibawa, sekalpun umur beliau termasuk yang paling muda dibanding dengan dosen penguji lainnya di ruangan itu, namun tidak mengurangi nilai-nilai kepribadian yang im sebut diatas.
Masuk ke sesi cerita im sendiri…
Dari beberapa point yang sempat beliau utarakan ke mahasiswa sebelum im, bisa disimpulkan bahwa beilau memang benar-benar memberikan perhatian yang besar terkhusus ujian lisan Quran ini. Dengan tegas beliau menghardik beberapa mahasiswa yang mencoba memberikan alasan konyol ketika tidak bisa menjawab pertanyaan dari beilau. "wallahi, ana akrah hadzal qaul/ undzur ila zumalaikum mashriyyin, yaqulun bianna abahu maat au maat, ana urassibuhum/ wallahi kalam dzah musy hilwah/ ana urassibu man kaana haqquhu rasib/ lau kunta maridhan yaumain au asyrah au shahr qabla hadza, fa aina baqiyyatu ayyam qabla dzalika" Dus, tidak ada satupun alasan yang bisa menembus pendirian beliau untuk masalah ini.
Dan, yang menjadi klimaks adalah ketika Irja, Taufik n Im dipanggil menghadap beliau. Seperti sebelumnya, pertanyaan Quran rata-rata 4-6 soal perorang, berbanding balik dengan cerita temen-temen im yang katanya cuman satu pertanyaan dan bahkan ada yang "iqra' ma tayassara laka minal quran minal muqarrar". Yang lucu lagi tuh, duktur pas dibelakang lajnah im, datangnya terlambat, lebih terlambat dari duktur im, tapi keluarnya lebih duluan, hufft… Im dapat giliran juz 1, bisa walaupun bercampur kekeuh. Juz 2, semprawut, juz 3, duktur geleng-geleng. Keadaan itu diperparah dengan Taufik anak asal Malaysia, tidak ada satu pun ayat Quran dan soal tafsir yang terjawab, tafsir im masih mending lah :P, sudah gitu, dia bawa madah Quran juga sejak tingkat 1 sampai 2. Hal ini berbanding balik dengan satu tokoh yang belum im terangin, Irja. Hmm, dari gaya ngajinya, alah mak, matiin temen samping :p, ngejawab tafsir juga… alahh baisa aja ngapa :p.
Keadaan diatas akhirnya terpaksa membawa duktur untuk mengeluarkan beban yang rasanya tidak bisa ia tahan lagi, sekalipun dengan redaksi lain: "anta tarsub fil quran sanah ula tsaniah tsalitsah" menunjuk Taufik anak Malaysia. "anta tarsub fil quran sanah tsalitsah" menunjuk gw yang secara performance baju ala ma'had banget, so, apa hubungannya Is? Hehe, ga nyambung sebenang pun kali :p. Entah siapa nama duktur itu, bukan pengen nyari perkara sih, cuman kalau im disuruh tahfidz sama beliau keknya im semangat. Coz beliau terlihat banget care sama yang namanya Quran. Saking gemesnya beliau ngejelasin bahwa dulu tuh muqarar quran 12 juz, turun jadi 10, turun jadi 6 hingga akhirnya 4 juz saja, beliau juga –sambil ngelus dodo- bilang bahwa kalau saja hafalan quran diturunkan menjadi surat Alfatihah saja nanti bakal ada saja orang yang ga hafal satu surat itu, mustahil bukan? Tapi 100% kemustahilan itu menurut beliau secara fakta berbanding lurus dengan 100% kemungkinan mahasiswa yang semakin tidak care dengan Qurannya, siapa itu, yang pastinya BAKAL BUKAN saya.
Sesi ujian, cobaan, penggodokan sekaligus wejangan udah im telen, kami berpamitan dan im sendiri dengan bangga menjabat tangan beliau dengan ta'dzhim sembari berucap "Syukron ya duktur"
0 comments:
Post a Comment