Tuesday, 3 August 2010

Tahun ketiga ini sebenarnya im ga ada niat rihlah sama sekali. Inginnya im fokus nyelesaiin final organisasi, maunya sih tahun tiga ini adalah tahun pamungkas im kongkow di PMIK, PCIM dan IKPM, makanya sedari awal biarlah im ga ikut rihlah asal semua kerjaan kelar. Contohnya aja di PMIK, Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo, im disana sebagai sekretaris banyak PR yang belum kelar, entah secara pribadi atau pun PR kami keseluruhan sebagai Pengurus Harian Periode 2009-2010. Di Sinar, beban Pimred juga masih setengah perjalanan bila diukur dari skala penerbitan, tahun kemarin periode senior im Angga menerbitkan 5 edisi, dan sekarang im baru 2 edisi sekaligus merangkak ke edisi 3 yang lagi masuk lay outan.

Untunglah bagian keilmuan IKPM yang tersisa hanya aplikasi dari garapan NUN Center, kajian baru bentukan bagian keilmuan khusus pemikiran periode Makmun Cs. Namun begitu ternyata gawean lain malah datang berganti menjadi Mudabir Rihlah Tarbawiyah*. Menjadi Mudabir memang berat tak berat. Beratnya kita harus benar-benar menjadi teladan bagi santri, secara moral, etika dan bahasa. Karena topiknya saja rihlah tarbawiyah, santri-santri Gontor dan Mantingan beberapa dari mereka mengadakan wisata plus pembelajaran intensif bahasa Arab selama 17 hari di Mesir.

Kembali ke; ga pengen rihlah. keinginan ana selain di dasari niat tulus ternyata juga didukung kantong kerin lantaran minhah bulan lalu sengaja im rapel/ tunda. Duz, ketika ada tawaran ngeteng ke Aswan dengan guru ngaji Ust. Arif Wardani terlalu amat sangat terpaksa sekali im udzur dan menyatakan ga bisa ikut. Padahal sudah jauh hari ketika beliau mengutarakan keinginan tersebut im ngacung mendaftarkan diri ingin ikut serta ke bendungan Nil yang terletak di bagian selatan Negara Kotak Kardus ini.

Kali keduanya adalah rihlah ngeteng juga ke daerah Matruh. Kali ini yang ngajak senior Ari Febriansyah Cs Blitza. Nasib, ternyata ketika ditelpon im ga ada di kamar, yang ngangkat temen im. Ketika temen im menjelaskan hal tersebut ke im si dianya ga paham bener dan lupa tentang maksud obrolan di telpon, dan parahnya lupa nama lagi. Tahunya justru ketika mereka sudah kembali dari ngeteng, dan im akhirnya hanya bisa bengong menyaksikan rentetan photo adventure padang pasir Matruh.... so sad.

Huft, setelah menarik napas panjang, entah ini jalan atau jebakan, menjadi Mudabir Rihlah Tarbawiyah ternyata juga AKAN mengasyikkan. Im katakan AKAN karena im sendiri belum bisa memastikan sukses atau gagalnya seabrek PR im yang mau tak mau bakal butuh ekstra tenaga MENYAMBI. Sambil nungguin mereka taklim, or tidur im bakal ngenet n browsing madah wat tulisan, nyambi mbantu Kepala PMIK untuk LPJ (Laporan PertanggungJawaban) dan pastinya juga menyiapkan penerbitan terakhir 53 di Sinar. Itu semua semoga bukan harapan, tapi konsep yang bakal terealisasikan.

Tapi sebagai konsekwensinya mudabir juga ikut wisata menjelajahi Mesir. Secara timing ada Piramid dan Sphinx, Museum mumi Fir'aun, Kornesh/ Nil/ Qanathir, Masjid2 dan makam bersejarah, Aleksandria dan Qal'ah Shalahudin serta beberapa tempat wisata lainnya. Itu timing, tentang ikut atau tidaknya kekjua im ga boleh egois, kudu ada sela-sela waktu im ngumpulin crew. Fa ma lana illa an naqul "Sahhilna Ya Rabb"

*Rihlah Tarbawiyah insyaAllah bakal ada entry tersendiri :D:)

0 comments:

Post a Comment