Sunday, 26 June 2011

Anjing yang im maksud memang bukan sebuah umpatan, melainkan penyebutan nama dari jenis binatang. Masuk akal memang ketika pertama kali kita mendengar kata tersebut, yang terbersit pertama mungkin naluri emosi kita membuncah, atau naiknya pitam lantaran kata-kata kotor tersebut memang tidak pantas untuk diucap atau didengar, hal tersebut berlaku karena secara asal anjing, babi atau binatang menjijikan dan najis lainnya memang bisa mengotori fitrah manusia yang terlahirkan secara suci dan bersih dari segala ungkapan dan nuansa kotor. 

Sebelum itu, im ingin review tentang pengalaman pribadi im dan fenomena anjing yang bagi im rasanya sulit dihilangkan. Pertama yaitu ketika im masih kecil dulu, ini bukan cerita dikejar anjing atau mengejar anjing lho ya, bukan juga makan daging anjing atau memfatwakan kehalalannya, coz di daerah im memang ada golongan yang secara niat memang bagus mungkin, tapi karena hakikat dan cara pemahaman yang salah, maka disengaja atau pun tidak golongan tersebut telah memfatwakan sesuatu yang tidak/ kurang benar. 

Ok lah kita ke cerita, bermula dari kebiasaan penduduk desa im, terutama pemudanya yang gemar memelihara burung dara, kebiasaan tersebut kami rasa sebagai kebiasaan yang baik dan cukup menghibur, siapa yang tidak senang dengan pemandangan sekitar yang dipenuhi gerombolan burung yang elok dilihat, merdu didengar, terutama mendengar drukuku-nya di sore hari, seolah bisa membawa hayalan im ke tingkat yang ga bisa im gambarkan. Disamping itu perlu diketahui bahwa penduduk desa juga mempunyai kebiasaan memelihara ayam, dari ayam Kampung sampai ada jenis ayam Kate, ayam imut ukuran mini. 

Nah, ayam-ayam kita tuh kalau sudah dibuahi oleh pejantan bakal melahirkan beberapa telur yang disimpannya tidak ditempat khusus, terkadang hanya digeletakkan di belakang rintisan rumah, gudang atau beberapa tempat yang terbuka. Hal ini memang aman dari yang namanya pencurian, karena tingkat keberhargaan telur kampung di desa im bukan sesuatu yang menarik untuk dicuri, karena memang hal itu sudah jamak dimiliki oleh banyak orang. Namun suatu ketika (bweh, dah kek cerita beneran, kan) RT kami, RT 17 dikejutkan oleh suatu fenomena dimana banyak telur kampung kami dimakan binatang buas, anjing. Sekalipun hanya anjing namun kebuasannya sangat mengerikan dilihat dari jumlah dan frekwensi mangsanya. Hingga penduduk im gerah. 

Usut punya usut akhirnya diketahui anjing yang selama ini buat onar ayam dan terkhusus para pemilik ayam, anjing tersebut berasal dari desa sebrang, dari desa yang jaraknya dari kebun im tidak ada jarak, karena memang rumah im dan daerah RT im adalah daerah perbatasan antara Kabupaten Semarang dan Solo. Tahu seperti itu, penduduk semakin semangat dalam memburu, dijebaklah anjing itu di sebuah gudang, ya im masih ingat benar gudang itu, anehnya im kok bisa lupa keluarga yang memilikinya, nasib perantau, sampai lupa nama-nama tetangga, ighfir lî ya Rab. 

Sekenario tersusun, ayam yang meninggal dan ceceran telur diletakkan di dalam gudang tersebut, aroma ayam segar dan amis telur dengan mudahnya diendus hidung anjing yang memang diciptakan dengan kelebihan seperti itu. Tidak menunggu waktu lama. Dan, anjing sudah masuk perangkap, pintu gudang kami kunci. Im ga tega ngebayanginnya, seekor anjing terpuruk terpenjara dalam gudang di tempat dimana banyak orang dirugikan sudah berkumpul, mencapai belasan orang, tua muda dan anak-anak, dan ketika itu im masih masuk kategori anak-anak. 

Berbagai macam bahan berat dikumpulkan, panah, ketapel, kayu, dan bahkan bambu runcing, senjata terakhir adalah yang im pegang. Anjing tersebut lumayan alot dan tangkas, terpenjara di gudang yang lumayan sempit seukuran tidak sampai belasan meter luasnya masih bisa bertahan diserbu banyak orang. Bahkan im masih ingat sampai ada orang yang masuk ke dalam gudang memanjat reng atau bagian atas gudang hanya untuk menjatuhkan balok, beberapa kali dilemparkannya balok tapi anjing masih eksis, namun perlahan melemah. Di saat yang sangat lemah im mendapat giliran, giliran yang sampai sekarang im belum bisa melupakannya, bambu runcing di tangan secara reflek mengarah ke mata anjing, hingga im menulis kalimat ini im merinding, teringat masa kecil dengan kekerasan terhadap anjing L. 

Darahnya muncrat dari beberapa luka benda tajam, timpukan batu dan bogem mentah. Perlahan namun pasti 1 anjing menyebalkan melawan belasan orang yang dirugikan, anjing tersebut mati dan dikuburkan tidak jauh dari gudang dimana dia dibantai. Dan anjing itu mati entah diketahui atau tidak oleh tuannya. Siapa hendak disalahkan, bagi dusun kami pun memelihara anjing adalah hal yang tidak lumrah dan bahkan tercela, disisi lain kelakuan anjing tersebut yang begitu liar bisa jadi disebabkan oleh tuannya yang tidak menjaganya, menjaga konsumsi logistik atau pun menjaga kelakuannya. 

0 comments:

Post a Comment