Berbeda dengan ujian tahun-tahun yang lalu, ujian hari ini dengan format tidak jauh berbeda, secara jumlah soal memang hanya sekitar 30-an tetapi jawaban yang dibutuhkan lumayan membuat ujung dan ibu jari ini sedikit bergetar tidak seimbang memegang pena Made in India berwarna biru. Sesekali coretan tak sengaja menggores garis kertas jawaban, saking kuatnya tekanan siku kananku di atas meja tulis yang lumayan tidak pas dengan ketinggian ketika duduk, jadilah garis merah tercetak dan mewarnai tangan kananku, keadaan seperti itu semakin membuatku tidak nyaman mengerjakan soal ujian yang lumayan rumit. Kesulitan ini berbanding dengan standar tingkat akhir mungkin, pikirku memotivasi diri agar 1 soal pertama dari 2 soal keseluruhan cepat kelar, 2 jam pertama dari 3 jam alokasi waktu keseluruhan habis hanya untuk mengerjakan soal nomor wahid. Bagi im sendiri, soal pertama di materi ini adalah soal yang paling banyak memakan waktu.
Dua soal tersebut terdari dari potongan surat Shod dan surat Hasyr. Surat Shod yang juga disebut dengan surat Dawud menyajikan sarapan pagi dengan menghidangkan pertanyaan rinci tentang kisah kelompok berserteru yang mendatangi nabi Dawud guna meminta ketetapan hukum atas masalah yang mereka hadapi, lebih dari itu potongan ayat tersebut juga berbicara tentang fitnah yang menimpa Dawud As. serta beberapa cerita Israiliyyat yang berhubungan dengan ayat tersebut. Sedangkan potongan surat Hasyr berbicara tentang ghazwah atas Bani Nadhir yang mengingkari kesepakatan dengan Rasulullah, tidak cukup dengan itu mereka justru berusaha melakukan makar buruk hendak membunuh Rasul hingga akhirnya Jibril mewahyukan makar buruk tersebut kepadanya, wal’iyadzu billah. Hingga akhirnya kemenangan berada di tangan kaum muslimin dan bercerai-berainya kaum yahudi Bani Nadhir untuk pertama kalinya mereka diperangi.
Keluar ujian im kepikirian pengen nulis status seperti ini “Ujian tafsir kali ini TAHLILI bangeee’”, dengan huruf kapital di kata TAHLILI arti bahasanya mungkin bermakna; terperinci, detail dan mengeksplorasi hingga unsur-unsurnya. Materi ini membutuhkan daya analisa tingkat tinggi atau kalau im lagi garuk-garuk kepala kategorinya naik menjadi; njlimet plus mumet. Bagaimana tidak, dari satu ayat bisa jadi objek yang dipelajari mencakup Balaghoh, Nahwu, Shorf, Ababun Nuzul serta penjelasan dari ayat itu sendiri. Format ujian materi ini sebenarnya tidak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya, hanya terdiri dari beberapa soal tetapi mempunyai cabang yang banyak, bila im ingat dengan tingkat II dulu, soalnya bahkan mencapai 52 buah. Akan tetapi, banyaknya soal di materi ini biasanya memang dikarenakan hanya membutuhkan jawaban yang singkat dan pendek.
Materi atau subjek TAFSIR TAHLILI merupakan subjek inti untuk fakultas Ushuludin jurusan Tafsir. Materi tersebut bersanding dengan TAFSIR MAUDHU’I yang juga merupakan subjek inti di jurusan Tafsir. Bila Tafsir Maudhu’I (TM) adalah Tafsir Tematis maka Tafsir Tahlili (TT) adalah Tafsir Hirarkinya dibahas sesuai urutan dalam mushaf, bila TM adalah pembahasan tentang tema khusus untuk kemudian dicari ayat-ayat dari keseluruhan surat dalam al-Quran yang berkaitan dengan tema khusus tadi maka, TT sebaliknya, TT membahas atau memilih suatu potongan ayat atau keseluruhan ayat dari sebuah surat untuk kemudian diambil beberapa atau banyak tema yang dibicarakan oleh ayat-ayat dari surat tersebut, luEbih sederhananya lagi TM = satu tema banyak ayat dan surat, sedangkan TT = banyak tema satu surat, walaupun dalam subjek TT ini biasanya tidak hanya membahas satu surat saja, untuk kali ini surat yang menjadi muqarar ada 7 buah surat pilihan; Yasin, Shod, Zumar, Dzariyat, Hujurat, Hasyr dan Tholaq.
Ngomong-ngomong masalah ujian, seperti ketika di Gontor, biasanya im membuat kolom khusus untuk setiap pelajaran yang diujikan sehingga setelah ujian dengan ilmu KIROLOGI (kira-kira) im isi kolom tersebut dengan nilai yang menurutku pantas untuk mengapresiasi kerja keras di ruan gujian. Im sempat memprediksi nilai berapakah yang bakal im dapat di materi ini, hmmm, lagi-lagi bukan karena pesimis, tetapi untuk subjek inti sekelas Tafsir Tahlili ini im belum puas, apa lantaran diskripsi-diskripsi kesulitan pelajaran yang seperti diatas ? Nggak lah, percayalah bahwa pelajaran apa saja di Azhar masih dalam kategori yukallifullahu nafsan biwus’iha. No more excuse, Wallahul musta’ân.
Sufara’ Hidayah 20 June 2011
0 comments:
Post a Comment