Tuesday, 14 June 2011

Entah mengapa ujian tulis perdanaku kali ini diawali dengan pelajaran I’jazul Quran, 14/6/2011, biasanya sejak tingkat satu sampai tiga kemarin yang perlu disiapkan setelah ujian lisan Quran adalah ujian tahriri Quran, jadilah ujian tulis Quranku nanti bakal dihimpit ditengah-tengah pelajaran lainnya, ngomongin ujian Quran im iri sama orang-orang Syari’ah, secara mereka di tingkat IV kayak im ini ujiannya bakal di akhir, otomatis waktu untuk mempersiapkan hafalan bakal lebih banyak L. “Lha nt waktu setahun ini ngapain MAT !!!! ???” :hummBerGer: :linggis: 

Bay the road, apa sih yang dimaksud dengan pelajaran I’jazul Quran, yuk kita kenalan dulu sama subjek yang cool ini. Al-Quranul Karim sebagai kitab suci terkeren sepanjang abad bagi kaum muslim adalah kitab suci yang menjadi mukjizat bagi Muhammad Saw., nabi terakhir plus terkeren juga, sampai-sampai Michel Hart yang non-Muslim menempatkan beliau di urutan pertama di daftar 100 orang berpengaruh di dunia. Sebagai kitab suci yang menjadi mukjizat seharusnya sisi kemukjizatan tersebut bisa terdeteksi dan bisa ‘dinikmati’ oleh manusia, umat muslim khususnya, karena bila suatu mukjizat tidak bisa diperlihatkan ke manusia untuk apa dia diadakan. Tapi yang lebih inti dari itu adalah sisi melemahkannya suatu mukjizat berada, dimana syarat utama dari mukjizat apa pun adalah kelemahan orang yang ditantang untuk mendatangkan hal serupa. Nah di subjek inilah sisi-sisi tersebut diperbincangkan. 

Sebenarnya sisi kemukjizatan al-Quran sangat banyak, keberadaannya yang sampai 14 abad ini masih terjaga secara original, pemberitaannya tentang hal gaib di akhirat atau di sekian tahun yang akan datang yang mustahil diketahui banyak orang, kandungan al-Quran yang menyangkut tentang hakikat alam; astronomi, biologi, fisika, matematika, sosio-psikologi dll, atau secara penyusunan jumlah, kalimat dan kata yang begitu mempesona yang, dalam terminologi arab disebut Mutasyabihu Nadhmil Quran atau secara bahasa penerjemahan im yang kocar-kacir bunyinya bakal gini ‘Kompleksitas Penyusunan al-Quran’, secara bahasa pun al-Quran juga memuat rangkaian ketepatan yang dijadikan rumusan dalam bidang sastra dan linguistika Arab; Balaghah-Badi’-Ma’any. Udah deh percaya aja klw kemukjizatan itu buaanyaak banget. 

Yang kali ini dibahas di subjekku tidak jauh dari point kesastraan bahasa Arab dan sedikit contoh dari I’jaz Ilmi lil-Quran. Hal-hal yang berkaitan dengan kemukjizatan yaitu term al-Shorfah الصرفة maksudnya adalah sebab kenapa kitab suci tersebut menjadi mukjizat atau, sebab kenapa al-Quran melemahkan para penentangnya untuk mendatangkan hal serupa, apakah lantaran nihilnya kemampuan mereka untuk membuat hal serupa, atau hanya karena keberadaan kemampuan mereka dilemahkan oleh Allah? Dua hal ini harusnya dipahami dengan cermat. Bagi yang tertarik dengan permasalahan lain, liatin aja daftar isinya J. 

Nah sekarang kita lanjut ke ujian kemarin. Eh kelupaan, yang menjadi catatan di subjek ini Duktur pengajar kita DR. Thoriq Mu’adz Abdullah sebenarnya sudah mempunyai buku diktat yang beliau karang sendiri, tapi untuk beberapa alasan yang menurut im juga harus begitu, buku tersebut disarankan tidak dibaca sama sekali dan agar hanya membaca 14 lembar ringkasan yang langsung ditulis oleh beliau. Kenapa bisa begitu? Yang pertama pasti jawaban im wallahu a’lam bishowab, tapi ketika im bertanya ke pembimbing di asrama komentar beliau negatif banget “hadzal kitab sayyi’ lil ghoyah”, ini buku ***** bangee’, im yakin yang beliau maksud dengan jelek disini bukan mempermasalahkan isinya tapi, lebih ke cara penyajian dan penulisan. Jelas saja, sekian banyak tema yang dibahas oleh pengarangnya diberikan beberapa kalimat penjelas yang sangat terbatas, buku tersebut tidak memberikan pemahaman bagi kita. Khusnudzon im sih, kali aja model yang begituan sengaja agar kita giat kuliah untuk mencari keterangan dan penjelasan langsung dari si empu buku. 

Seperti yang im bilang, bahan ujian kami cuma 14 lembar, jumlah tersebut terhitung ‘sangat sedikit’ bila dibandingkan dengan diktat inti Fakultas Syari’ah, sekalipun fakultas disamping akhirnya hanya mengkonsumsi sekian belas lembar juga karena rata-rata buku mereka diringkas oleh Senat Syari’ah, ga tau deh pada ngapain temen-temen Senat Ushuludin. Tapi di ujian kali ini sepertinya Duktur kita ngeh dengan keadaan, di satu sisi beliau mengganti buku diktat menjadi sekian belasan lembar, di sisi lain beliau membuat soal yang lumayan banyak. 3 soal kemarin menganak-cucu menjadi 12 butir, ujian musim panas dimulai pukul 10.00, 11.05 im baru selesai di nomor satu, capcay banget laah. Cuman yang buat kita-kita ngerasa alhamdulillah, tema sulit tentang tashim, taushih, ighal, tatmim dan takmil gak keluar, padahal untuk pembahasan di atas im rela nylinap ke Buuts merguru ke temen.

*lovely prend, doanya !

0 comments:

Post a Comment