Bila kita memperhatikan bahasa dunia dan membandingkannya dengan huruf-huruf apa saja yang digunakan untuk mengekspresikan suaranya maka kita akan dapati bahwa satu huruf bisa mewakili lebih dari satu bahasa. Huruf hijaiyyah terdiri dari 24 huruf, terlepas dari hamzah, lam alif atau huruf kombinasi lainnya. Huruf hijaiyyah selain digunakan dalam bahasa Arab dia juga digunakan dalam bahasa Persia, hal itu bisa terjadi sepertihalnya huruf latin yang juga digunakan lebih dari satu bahasa; Inggris, Spanyol, German, Italia dll. Atau pada zaman dahulu masyarakat melayu (Malaysia atau Indonesia tempo dulu) masih sering menggunakan huruf hijaiyyah untuk mengekspresikan bahasa Melayu dan bahkan Jawa, Pagon.
Namun begitu, biasanya setiap bahasa mempunyai huruf tambahan yang didapat dari kombinasi huruf-huruf asli, hal tersebut perlu karena beberapa suara dari vocal atau consonant yang berbeda antara bahasa satu dengan lainnya, sehingga dipandang penting untuk membuat huruf kombinasi tambahan sebagai media untuk mengekspresikan suara yang belum ada.
Kembali ke huruf hijaiyyah, di tulisan sebelumnya saya pernah mengulas sedikit tentang keistimewaan bahasa Arab, akan tetapi di sesi kali ini, kita akan membahas terpisah dari bahasa, kita akan sedikit mengurai tentang tata huruf dalam bahasa Arab, struktur atau pun cara pemakaiannya. Kita akan mencoba meraba tentang apa yang menjadi hal khusus yang dimiliki huruf hijaiyyah dan tidak dimiliki oleh huruf selainnya, atau sebaliknya, apa yang justru dimiliki oleh huruf latin tapi tidak dimiliki oleh huruf hijaiyyah.
Huruf hijaiyyah biasanya tertulis dalam berbagai macam bentuk; khat riq’iy, khat tsuluts, khat diwani, khat diwani jali, khat naskhi, khat kufi, khat al-farisy dll. Masing-masing khat mempunyai ciri-ciri dan perumusan penulisan tersendiri yang berbeda dengan lainnya. Perbedaannya ada yang berkisar di ada atau tidaknya gigi, titik, di atas atau di bawah garis, panjang pendek tiang huruf, penuh atau tidaknya lingkaran dan lain sebagainya. Disamping itu dalam seni kaligrafi juga terdapat beberapa madrasah/ madzhab yang digunakan sebagai standaritas kesenian, seperti madrasah Turky atau Mashri. Di abjad latin kita juga bisa menemui berbagai macam corak huruf; Calibri, Trebuchet, Arial, Tahoma, Book Antiqua dll. Disamping itu, di huruf latin kita juga mengenal kombinasi kata-kata yang kita kenal dalam seni Typhografi dan Ambigram.
Ada perbedaan antara abjad latin dan huruf hijaiyyah, terutama dalam huruf KAPITAL, dalam abjad latin kita mengenal huruf-huruf yang tertulis besar, besar di sini bukan besar secara ukuran font, tapi BESAR dalam artian KAPITAL dan bentuk; ABCDEFG = abcdefg, dimana antara huruf besar dan kecil terdapat perbedaan kurva/ struktur yang membedakan dalam tulisan namun sama dalam pelafalan. Hal ini sangat membantu ketika kita ingin menyampaikan suatu maksud entah dengan suara atau tulisan, sehingga ketika kita ingin menginformasikan sesuatu tidak tercampur maknanya antara nama orang, kota atau benda. Contoh ‘Alam’: kata tersebut bisa dimaknai sebagai nama orang dan nama kota yang dalam penulisannya lazim digunakan huruf capital di awal, sedang untuk nama benda cukup ditulis kecil ‘alam’.
Sedangkan dalam bahasa Arab kita tidak menemukan perbedaan huruf antara huruf/graf kecil dan huruf/graf besar. Dalam kaidah penulisan, huruf hijaiyyah menggunakan ال untuk mendefinisikan ma’rifah atau nakirah, selanjutnya dua huruf tersebut terkadang juga dipakai untuk mendefinisikan kata-kata yang mamnu’ min shorf (kata Arab yang harakat akhirnya paten) dan biasanya kata-kata mamnu’ min shorf menunjukan ‘alam; nama orang atau tempat, dari sinilah biasanya pembaca bisa terbantu untuk membedakan jenis-jenis kata dalam bahasa Arab. Namun begitu, alat bantu tersebut terkadang kurang maksimal ketika dihadapkan dengan kata-kata yang bisa ditarik ke beberapa jenis yang berbeda. Contoh ‘خليفة’; kata tersebut bisa dimaknai sebagai nama orang, nama tempat/ jalan sekaligus nama benda, kondisi seperti inilah yang terkadang membuat pembaca kesulitan untuk menangkap makna asli yang dimaksud. Sekalipun terkadang para pentahkik memberi tanda () untuk nama atau jenis kata lain, tapi metode ini bagi penulis sendiri kurang praktis.
Kondisi lain dalam pemakaian huruf biasanya kita juga mendapatkan sub-judul yang ditandai dengan nomor, akan tetapi di kondisi lain kita menemukan sub-judul atau pembagian yang ditandai dengan huruf itu sendiri. Dalam abjad latin biasanya digunakan a untuk pembagian pertama, b-c-d-e dan seterusnya. Akan tetapi dalam huruf hijaiyyah kita terkadang menemukan pemakaian tanda pembagian yang berbeda. Ada kalanya kita menemukan tanda pembagian (bullet and numbering) tertulis dengan urutan huruf ا-ب-ت-ث-ج, tetapi di kondisi lain kita menemukan tanda pembagian yang menggunakan urutan berbeda seperti ا-ب-ج-د-ه, menurut hemat saya biasanya penulis tersebut ingin mencocokan bunyi huruf a-b-c-d-e dengan menggunakan huruf hijaiyyah, hal inilah yang menurut saya pribadi harus dipatenkan. Wallâhu a’lam.
0 comments:
Post a Comment