Thursday, 15 September 2011

Kata orang, mimpi adalah bunga tidur, im sendiri kurang paham betul bunga apa yang dimaksud, di dunia ini banyak macam bunga, mawar berduri, melati nan mewangi, bunga sepatu, bunga bakung atau bahkan bunga bangkai, tapi ada hal lain yan lazim im terima, yaitu bunga desa, entah siapa dia, bila kita (gender: man) bertemu di dalam mimpi, im setuju bila mimpi dikatakan bunga tidur.

Berbicara mimpi, ada film yang im gandrungi tahun 2011 ini, Inception, yang salah satu lakonnya adalah Leonardo De Capriouk J. Ketertarikan tersebut bukan tanpa dasar, secara konsep dan alur ceritanya yang rata-rata oleh kita bahkan bisa merasakannya sendiri, seperti mimpi di dalam mimpi, durasi tidur yang singkat tetapi merasakan mimpi yang sangat lama, bahkan terkadang mimpi kita berhubungan dengan lingkungan kita berada atau dengan beberapa kejadian sebelum atau setelah kita tidur, yang masih musykil adalah rekayasa mimpi.

Mimpi sekalipun hal gaib tapi kita bisa merasakannya dengan jelas, keberadaannya tidak bisa dipungkiri, tapi wujud dan teorinya oleh awam manusia belum banyak diketahui. Sekaliber Ibnu Sirin yang tabi’I pun dalam bukunya Tafsîrul Ahlâm mencoba menafsirkan mimpi-mimpi yang, biasanya, oleh kebanyakan orang mempunyai konsep yang sama seperti, mimpi giginya tanggal, mimpi ketemu gadis, mimpi dikejar binatang, bertemu ular, berpetualang, bertemu orang yang sudah meninggal atau yang lainnya.

Sementara ini bisa im simpulkan bahwa secara konsep umum mimpi yang dirasakan kebanyakan manusia adalah sama, bedanya sekedar detail kejadian dalam mimpi tersebut. Teori globalnya mungkin banyak orang yang mempunyai mimpi yang sama seperti tanggalnya gigi, akan tetapi detail tanggalnya gigi bisa jadi berbeda antara mimpi orang satu dengan lainnya.

Bagi im sendiri, mimpi terkadang bisa dijadikan petunjuk, sekalipun prosentasenya tidak sekuat petunjuk-petunjuk empiris ataupun logis, bisa dikatakan mimpi adalah petunjuk metafisik. Mimpi yang im alami yang hingga sekarang masih sangat im ingat adalah, mimpi bertemunya im dengan salah satu senior di pondok yang sedang belajar di Mesir. Padahal, satu, im tidak mempunyai hubugnan erat dengan senior ketika di pondok, sekalipun setelah im dating di Mesir kami begitu dekat sebagai sahabat karib, karena mempunyai kecenderungan atau mungkin watak yang hampir sama. Mimpi tersebut semakin menguatkan im untuk melanjutkan studi di Mesir, padahal ketika itu banyak tawaran pilihan yang ada, ke Madinah menunggu jebolnya murasalah, atau ke Yaman yang ketika itu brokernya adalah sahabat karib dari pondok juga.

Tapi takdir akhirnya menempatkanku di Mesir, bisa dibilang hal itu berkat mimpi singkat bertemu dengan teman, sekedar “Im melihatnya tersenyum dengan latar belakang dia adalah Mesir”. Hikmahnya pun akhirnya im rasakan sendiri, program ke Madinah rasanya tidak cocok dengan kecenderungan-kecenderungan yang im miliki, terlebih watak im yang suka kebebasan, tantangan, ngorek-ngorek masalah, dan pastinya sedang tidak dalam kondisi menghafal al-Quran J. Lebih dari itu, tahun ketika im melakukan murasalah ke Madinah adalah tahun 2007-2008, dimana saat itu jalur belajar ke sana sangat ruet, sulit dan ribet. Yaman pun demikian, hikmahnya sekalipun Mesir dan Yaman dan Negara Timteng lain sama-sama sedang gegap gempita menuju revolusi, bedanya adalah, im di Mesir masih mempunyai tempat tinggal yang aman, studi masih lancar, sandang-lapang-pangan masih terpenuhi.

Akhirnya, im tergelitik dengan mimpi 4 hari lalu, ketika nilai ujian sudah diumumkan, im mendapati nilai yang baru kali ini berbeda dengan 3 tahun ajaran yang lalu, tapi tidak berbeda dengan lebih dari 3 tahun yang lalu. Im katakana berbeda karena baru kali ini selama di Azhar im dapat nilai rasib, untungnya im sekarang tingkat 4 jadi tanggal 17 nanti masih ada ujian susulan yang menentukan hasil akhir mata pelajaran yang tertinggal tersebut, im katakana tidak berbeda karena sedari dulu im mempunyai kebiasaan yang, entah bagus atau tidak, yaitu ketertundaan, ke-manqul-an im kali ini bisa jadi rentetan ketertundaan yang sedari dulu sudah akrab menggembleng mental ‘menerima takdir baik dan buruknya’ im, semoga dengan ujian tasfiyah tanggal 17 nanti im bisa lulus, kalau pun nggak, yo ra popo J.

Mimpi im 4 hari yang lalu adalah; im melihat etalase tempat diumumkannya nilai tingkat 4-ku, etalase lama yang tidak baru J, kumuh, etalase tersebut berkawat, dari celah-celah tersebut secara remang-remang menunjukan rentetan nilai ujian, hingga akhir baris dari kolom-kolom nilai dari setiap pelajaran, tertulis jelas dengan font yang lebih besar berwarna merah, bunyi tulisan tersebut adalah الحكمة الصالحة, entah makna detailnya apa, yang pasti im tangkap adalah, manusia harus siap mengimani takdir dan garis ketentuan yang sudah Allah tetapkan J.

0 comments:

Post a Comment