Monday, 12 September 2011


Tahun 2007 dulu ketika saya masih mengabdi di Gontor 2 Mudir pondok kami, Ust. Saiful Anwar Sag. pernah memberikan instruksi kepada para pengajar tentang metode pembelajaran membaca Iqra’ bagi para santri. Konsentrasi beliau yang sangat inovatif tentang pembelajaran Iqra’ karena Gontor 2 memang dikhususkan untuk mempersiapkan santri agar mereka bisa lulus ujian seleksi masuk Gontor 1, 3, 5, dan pondok putra cabang lainnya, sebenarnya selain Iqra’ ada metode pembelajaran lain yang lebih ringkas yaitu Qiraati, tetapi pihak pondok memakai program Iqra’ sebagai sarana pembelajaran santri agar bisa membaca al-Quran yang merupakan subjek inti ujian seleksi masuk ke Gontor.

Tentang nama metode yang beliau terangkan kepada kami saya kurang ingat jelas, tetapi beliau pernah bilang bahwa metode tersebut beliau dapat ketika mengadakan jalan-jalan ketika melakukan ekspansi  ke salah satu pondok di daerah Ponorogo. Pondok yang beliau kunjungi menurutnya memang tidak sebesar dan setenar Gontor atau pondok lainnya, akan tetapi menurut pengakuan beliau pondok tersebut dipandang sukses dalam menerapkan metode cara cepat membaca al-Quran sekaligus mengfalkan al-Quran. Beberapa anak kecil sudah fasih dan terbiasa dengan huruf hijaiyyah, di umur yang masih belia, diantara mereka juga sudah mampu menghafalkan sebagian atau keseluruhan al-Quran.

Metode yang dijelaskan oleh Mudir pondok kami tidak rumit dan sangat praktis, cepat dan mudah dipahami, tetapi dalam prakteknya si murid harus telaten dalam menerapkannya. Metode yang dimaksud memerlukan kejelian dan ketelatenan jari telunjuk saja. Lebih dari itu kita juga harus bisa mengkonsentrasikannya dengan beberapa kaidah bacaan al-Quran seperti panjang pendek bacaan, harakatghunnah dan qalqalah. Cara kerjanya mudah, yaitu kita cukup menyerasikan antara ketukan (gerakan) jari dengan hukum-hukum bacaan di atas.

Bila bacaan pendek = satu ketukan jari telunjuk
Bila bacaan panjang dhommah dan fathah = jari telunjuk diseret ke atas (selama 2-4-6 harakat)
Bila bacaan panjang kasrah = jari telunjuk diseret ke bawah (selama 2-4-6 harakat)
Bila bacaan panjang layyin wawu = melingkar atas
Bila bacaan panjang layyin ya = melingkar ke bawah
Bila bacaan ghunnah = jari telunjuk ditahan 2 harakat
Bila bacaan qalqalah = jari telunjuk dihentakan 1 kali, hampir persis dengan bacaan pendek

Metode terseubut beliau promosikan, mungkin beranjak dari ilustrasi seorang orator yang bilamana pidatonya tidak diserasikan dengan gerakan-gerakan tangan akan terasa hambar. Di sisi lain, seorang orator ketika memberikan kalimat-kalimat yang membara biasanya juga dibarengi dengan beberapa gerakan-gerakan dan ekspresi wajah yang bersemangat pula, kombinasi yang demikianlah yang akhirnya bisa memaksimalkan daya ingat para pendengar. Atau seperti yang dipaparkan oleh para penerbit KAIFA beserta penerbit-penerbit quantum training lainnya, biasanya untuk merangsang daya ingat kita diminta untuk menghadirkan objek-objek luar yang dikaitkan dengan subjek yang ingin dihafal, seperti ketika kita ingin mengajarkan anak kecil tentang penulisan angka 8 yang diilustrasikan dengan dua tumpukan telur. Wallahu a’lam.

Disamping cuplikan metode yang akan saya terangkan kita juga harus tahu bahwa untuk mensukseskan program membaca atau menghafal al-Quran tidak cukup dengan satu metode saja tanpa didukung dengan faktor lain, seperti keseriusan menghafal atau membaca, rutinitas interaksi dengan al-Quran, pantauan dari para pembimbing, sistem boarding school atau faktor lainnya, setiap metode dan faktor penunjang lainnya mempunyai peranan masing-masing yang saling mendukung satu dengan lainnya. Jadi jangan menganggap setelah menerapkan salah satu metode kemudian meninggalkan faktor penunjang lainnya, apa lagi dewasa ini di dunia Islam sudah mempunyai beberapa terobosan baru dalam pengembangan cara cepat membaca atau menghafal al-Quran.

0 comments:

Post a Comment