"Assalamu'alaikum, diberitahukan kepada temen2 angkatan 76 agar berkumpul di kediaman abdurrahman muhammad fachir di jalan ....(lupa) tanggal ....(sengaja ga ditulis, kali aja private :P)". Angkatan 76 yang dimaksud adalah kelulusan alumni di tahun 1976 dari Pondok Gontor yang salah satunya adalah nama yang tersebut di atas, Pak Fachir merupakan Dubes Indonesia di Mesir sejak tahun 2008-2011. SMS itu terkirim ke Bp. Mahdi salah satu staff KJRI Jeddah, beliau sempat bercerita ke saya tentang beberapa alumni pondok yang tersebar di KJRI Jedah sebagai diplomat atau TUH sebagai petugas haji, termasuk memperkenalkan Pak Fachir yang menjadi diplomat di Deplu.
Jadi bingung mau cerita Pak Mahdi Guna-nya atau SMS reunian...
Pertama kali saya mendengar cerita pak Mahdi tentang SMS tersebut, saya tertawa, kok bisa-bisanya orang tua sekaliber Pak Fachir, Pak Mahdi dkk berpikir tentang reunian alumni pondok yang seangkatan. Biasanya acara-acara reuni yang saya ikuti, kumpul-kumpul bareng lulusan Gontor yang seangkatan dihelat oleh alumni yang baru, paling mentok 3-6 tahun setelah kelulusan. Nah kalau ini tahun rokok 76, tahun dimana gw belum lahir, dan belum diinginkan lahir oleh kedua orang yang mungkin belum menjadi orangtua saya.
Bagi saya sendiri reuni tersebut bisa jadi digunakan sebagai acara silaturahim antar alumni yang seangkatan atau bisa jadi digunakan sebagai jaringan kerja antar alumni yang diplomat, karena bisa jadi yang diundang dalam reuni tersebut terbatas hanya beberapa orang yang Pak Fachir kenal yang seangkatan, atau lebih khususnya yang beliau kenal seangkatan yang menjadi diplomat. Ala kulli hal, saya sendiri cukup apresiatif ketika mendengar beberapa acara reuni pondok, disamping mengingatkan tentang ke-ittifaq-an antara temen2 angkatan, atau mengambil pelajaran bagaimana memanfaatkan jaringan silaturahim yang secara tidak sadar sudah terbentuk jauh2 hari sebelum kita tua nanti.
Tentang PAK FACHIR sendiri saya pribadi belum mengenal begitu banyak, banyak kontradiksi yang saya dengar, sebagai warga beliau selama 4 tahun di Mesir saya sebatas menjadi pengamat luar. Sekedar tahu bahwa kediplomatan beliau ada hubungannya dengan PDI, sebatas tahu bahwa istri beliau belum iltizam dengan hijab, tentunya hal2 diatas tidak layak dijadikan ukuran untuk menggenelarisir siapa dia. Terkait program2 beliau saya pribadi sempat tertarik dengan diadakannya beberapa agenda simposium besar yang ditujukan untuk mendorong aktifitas belajar mahasiswa di Kairo yang masih belum mencapai angka memuaskan, secara nilai akademis atau bahkan 'nilai' real dalam ranah sosial.
Kalau Pak Mahdi sendiri, beliau adalah orang Padang yang menjadi staff di KJRI, yang sekarang menjadi salah satu Kepala Seksi Perumahan selama kepanitiaan pelaksana ibadah haji 1432 H. Beliau orang yang santun, pertama kali mengenal beliau adalah informasi dari teman ketika membanding-bandingkan beberapa atasan di kantor, dan akhirnya beliau menjadi salah satu nominator orang santun yang tidak galak , bila dibandingkan beberapa orang yang karena baru kenal kita menilainya dengan beberpa penilaian negatif. Beliau berdomisili di Jeddah sudah lama, mempunyai putra yang juga dimasukkan di Gontor, Zaudi kelas 1 F naik ke kelas 2. Beliau sendiri di Gontor dulu merupakan golongan Fasl Adi, istilah pembeda-bedaan tapi tidak rasis, Fasl Adi adalah kategori orang yang masuk pondok sejak kelulusannya dari SD, sedangkan Fasl Taksifi adalah kategori orang yang masuk pondok sejak kelulusannya dari SMP/ SMA atau setingkatnya. Beliau dulu juga menjabat sebagai bagian keamanan pondok, syukurlah kebiasaan beliau menjadi Bagian Keamanan yang sering membangunkan anggota subuh tidak luntur hingga sekarang, beliau sering saya temukan sholat berjama'ah di masjid di subuh hari, hal tersebut mempunyai arti khusus bagi saya bahwa dunia diplomasi tidak selalu dicitrakan dengan hal-hal negatif yang absolut, bangkitlah harapan itu masih ada :D) !
Saturday, 8 October 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment