Thursday, 17 November 2011

Masih di area mimpi dan dunia mistik, im inget ketika menjadi siswa akhir tahun KMI 2006. Waktu itu sebagai senior biasanya kita punya adik kelas yang jika sudah dekat waktu ujian biasanya kita dapat bagian membantu adik kelas belajar mempersiapkan ujian. Lazimnya adik-adik tersebut adalah orang yang masih mempunyai relasi di konsulat, klub olahraga, atau sekedar teman akrab. Terlebih tempat im dulu lumayan tempat yang sering dijadikan kongkow anak-anak ketika kelaparan. Di lokasi tersebut secara tidak langsung beberapa adik kelas berkesempatan mengenal kakak kelas secara akrab.

Adik kelas yang entah siapa namanya ini mempunyai kepribadian unik, mubadzir kalau tidak im record, pasalnya kepribadian unik tersebut menjadi salah satu konsentrasi imajinasi mistis, mimpi dan aktifitas dunia bawah sadar im (beware: ga ngomongin perdukunan :P). Teman tersebut berasal dari Demak salah satu daerah yang masih masuk kategori Konsulat Semarang; organisasi yang membawahi bebeberapa mayoritas daerah di Propinsi Jawa Tengah, sekalipun daerah lain di propinsi yang sama mempunyai konsulat yang berbeda. Dia masih kelas 1 tinggal di Gedung Baru Sighor, tempat khusus untuk santri baru lulusan SD.

Interaksi kami dimulai ketika hari-hari ujian, dimana masa-masa persiapan tersebut lokal pondok di sudut manapun bisa dipastikan penuh dengan beberapa kelompok-kelompok belajar kecil, atau beberapa santri yang ingin menyendiri. Kebetulan bagian kantin tidak jauh dari aula pondok, tepat di belakang aula tersebut salah satu stand kantin kami berada, KIWAQO (Khiftir Wara Qa’ah) dan KAPPA (Kantin Paoq), sebuah penyebutan yang beraroma meksoisme tapi gaul ala pondok kami, serasa warung elit J.

Singkat cerita di tengah-tengah kami belajar adik kelas tersebut secara sendirinya menggerak-gerakkan tangannya dengan frekuensi yang amat sering, kadang dia melambaikan tangan ke arah jendela kantin, kadang melakukan pandangan tajam ke arah tangga kantin atau bahkan dia memasang gesture jengkel ke arah selain im berada. Sekilas im lihat anak ini jangan-jangan idiot, konsentrasi belajarnya sering terganggu dengan hal-hal yang membingungkan.

Merasa ada yang ganjil im pun memberanikan diri untuk bertanya, “Akhi, kenapa kamu sering bergerak yang nggak-nggak?” gaya im yang cenderung kurang antusias olehnya diberikan respon negatif, ia mencoba memastikan bahwa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Melihat kelakuannya yang masih tidak berubah im pun dengan sedikit paksaan ingin mencoba mencari informasi apa di balik yang semua ia lakukan. Dengan pelan dan seolah-olah khidmat adik kelasku pun bercerita bahwa gerakan-gerakan yang ia lakukan memang bukan ditujukanepadaku, melainkan ia tujukan ke makhluk lain di sekelilingku, contoh; ada jin dengan rambut panjang yang sedang nangkring di jendela/ loket pembagian makan, ada juga jin yang sedang senderan di tiang tidak jauh dariku, ada juga yang duduk di atas pagar sedang melototiku dan sebagainya. Semua gerakan yang ia lakukan semata-mata, akunya, untuk mengalihkan perhatian mereka kepada kami, dia merasa konsentrasinya terpecah karena jin-jin tersebut seolah-olah ingin menggganggu kami.

Di kesempatan lain di tempat yang berbeda juga, kali ini di WALAPA (Warung Lauk Pauk) alias stand dimana im berada, tempat jaga, tempat tidur, pokoknya ini tempat GW banget. Di depan kamar setelah beberapa menit kami belajar bersama perilaku ganjilnya lagi-lagi muncul, beberapa kali matanya tertuju di benda-benda seperti kardus, loket pergantian uang, tempat sampah, terawangan di balik pintu, wahhh, ini mata buat angker juga batin im. Im sendiri bingung, secara ini markas dimana keseharian im berada, haruskah im tanya apa saja yang lagi nangkring di sekitar im… rambut panjang kah, sundel bolong kah, atau dundung pringis. Ah, peduli amat, selama ini im fine-fine aja di sini, jadilah obrolan makhluk halus dimulai. Tapi sebelumnya kita kenalan dengan denah Walapa yang mempunyai 2 lokal yang berdempetan; lokal pertama adalah kamar im dimana di dalamnya terdapat kasur, lemari baju, buku, plus buntelan baju kotor, gentong buat uang receh dan laci penyimpanan jutaan duit. Lokal kedua adalah tempat penjualan lauk pauk dan kue, ada loket penukaran uang, loket pembagian jajan, westafel dan tempat cuci, gudang belakang buah-buahan dan tumpukan2 kardus.

Dengan keberanian penuh im tanya si bocah tentang apa saja yang ia lihat di lokal KEDUA, serta merta akhirnya dia ngabsen makhluk halus yang gentayangan di markas im. Yang paling dekat adalah yang nangkring di atas kardus Alisan, rasa geli, merinding dan gokil campur jadi satu, selebihnya nyebar di tempat pencucian, di sana yang paling sering ditongkrongin jin, di loket penjualan dan penukaran uang juga ada. Hmmm…. Kalau diterusin keknya ga bakal berani buka malam lagi nih temen2 im. “STOP, udah ga usah diterusin”, ujarku tegas sambil menahan tawa dan takut. Tertawa karena haruskah im percaya sama bocah kelas 1 (1 SMP) dan takut kalau-kalau si bocah benar-benar berkata apa adanya. Terlepas dari itu, yang penting lokal PERTAMA tempat tidur im SAVE, ga ada yang boleh ngusik, bukan jin bukan pula informasi si bocah kelas 1, benar juga bila kita dilarang oleh-Nya agar tidak menanyakan sesuatu yang, bila kita tanyakan malah memberi dampak negatif ke kita.

Lama-kelamaan im kroscek ke pengurus adik kelas tersebut di rayon GBS, menurut pengurus rayon, adik kelas im memang termasuk kategori manusia langka, atau dalam bahasa mistisnya orang yang matanya dibuka/terbuka untuk melihat sesuatu yang lazimnya tidak ia lihat. Karena beberapa kejadian kesurupan di rayon GBS biasanya si bocah diikut sertakan, sekalipun tidak untuk meruqyah paling tidak diminta agar dia berdialog dengan orang yang kesurupan tadi.

Proses belajar bareng pun masih berlanjut, im berpesan agar ia tidak merisaukan di sekeliling im atau sekeliling dia, sudah banyak beberapa teman yang mempunyai kategori seperti dia dalam hal belajar-mengajar mengalami kesulitan. Akan tetapi, lama-kelamaan naluriku terpancing untuk terus bertanya tentang kepribadian dia atau tanggapan dia tentang jin. Beberapa hal yang ia ceritakan menurut im masih sulit untuk im terima. Sepertinya ganjil bila kita mendengar cerita bahwa dia sudah biasa ke luar Jawa menumpang kendaraan pribadi orang lain di kapal Very tanpa kesadaran orang yang ditumpangi. Terkadang im juga bertanya bagaimana pendapat dia tentang jin dan perilakunya. Pernah suatu ketika im tanya apa sebab orang kesurupan, olehnya dijawab bahwa salah satu penyebabnya adalah manusia tersebut mengganggu jin. Mengganggu bagaiaman? Kalau si manusia kencing sembarangan seperti di lubang tanah, atau ketika si manusia membuang air panas sembarangan, atau ketika si manusia menginjak badannya sembarangan.

Beberapa alasan ada benarnya, tetapi beberapa lainnya im anggap ganjil dan tidak adil. Bagaimana kita bisa diakatakan mengganggu jin dan jin tersebut tidak terima bila kita diciptakan dengan kemampuan yang dibatasi tidak bisa melihat hal ghaib. Pesannya sih agar kita tetap berhati-hati, sering-sering baca bismilah dan lain-lain. Sejauh yang kami obrolkan, im pribadi belum puas.

***

Selang beberapa waktu, di antara kami terjadi perbincangan lain. Kali ini si bocah menceritakan mimpi yang ia alami sehari lalu. Katanya di dalam mimpi, ia secara tiba-tiba masuk dalam lingkaran hitam pekat, dia kebingungan mencari jalan keluar, di dalam lingkaran tersebut ia berkali-kali mendengar suara tegas “Hei, keluar, keluar kamu”. Entah apa maksudnya, curhatan tersebut semakin menggelitik naluri mistisku, terlebih hari-hari tersebut adalah hari im membeli buku baru dari bookfair, Tafsir al-Ahlâm – Ibnu Sirin. Beberapa tema di daftar isi tidak sepenuhnya cocok dengan diskripsi mimpi yang ia tanyakan, akan tetapi dari beberapa item pembahasan im formulasikan dalam sebuah jawaban yang, menurut im masih sinkron dengan mimpi bawaan si bocah.

Beberapa hari kemudian im sampaikan bahwa ada kemungkinan mimpi yang ia alami adalah isyarat tentang kalainan yang ia alami. Setelah im tanya ia mengaku bahwa mimpi seperti ini sudah ia alami beberapa kali sebelumnya. Im selanjutnya berkesimpulan dari apa yang dibaca di Tafsir al-Ahlâm di beberapa item bahwa, masuknya ia ke lubang hitam tersebut adalah indikasi dimana ia dalam keadaan bisa melihat makhluk ghoib, secara tidak langsung ia sudah masuk dalam lingkaran hal yang tidak selazimnya, akibatnya pun banyak seperti tidak bisa konsentrasi, sulit belajar, terlihat lemas karena dampak psikologi dll. Dan suara-suara itu dengan jelas menyuruhnya agar ia segera keluar dari lingkaran hitam tersebut, itu artinya, bagaimana pun keadaannya, bila kita dalam kondisi yang seharusnya kita tidak berada di dalamnya, dengan penuh kesadaran kita berusaha untuk menghindar, dan jangan terlena dengan ‘enaknya’ nonton jin yang bergentayangan.

Hal-hal seperti itu yang terlalu dini ia alami tidak lain adalah faktor dari kakek yang bersangkutan, dimaan sejak kecil di pohon belakang rumah, menurut pengakuannya, disimpan suatu jimat agar melindungi cucunya tersebut dari hal yang tidak diinginkan, tapi langkah-langkah demikian justru suatu ketika menjadi bom waktu yang sulit dihindari, dan cenderung merusak pribadi si anak. Secara keiamanan, psikologi, akademis dan kesigapan fisik semuanya terkacaukan dengan adanya ‘kiriman’ jimat/ jin qarin seperti di atas. Sudah banyak cerita di pondok hal-hal demikian, niatnya ingin melindungi tapi dampaknya malah menghancurkan orang yang ingin dilindungi.

(insomnia)

0 comments:

Post a Comment