Monday, 23 January 2012

Berawal dari malam hari sebelum bookfair pertama kali buka, im pulang dari kelas Syaikh Nuruddin 'Itr mampir ke took buku Mujallad Arabi dengan maksud membeli buku yang direkomendasikan beberapa teman, al-Mutasyadidun karangan Syaikh Nuruddin Ali Jum'ah. Sebelum ke toko buku im jalan-jalan ke Pasar Husein dengan penuh kekesalan, jadilah im ngobrol untuk menghilangkan kepenatan para penjual rese di pasar. Salah satu penjaga yang mengenalkan dirinya adalah Imaduddin, nama yang ku suka, im bilang nama seperti itu enak dikenal karena biaa membedakan beberapa nama lainnya, kalau kita berkenalan dengan orang Mesir rata-rata mereka menggunakan nama yang sama; Ahmad, Muhammad, Mahmud dan Musthofa, hal tersebut sangat membingungkan bukan.

Lantaran besok pagi bookfair akan dibuka, im pun bertanya tentang persiapan apa saja yang mereka lakukan. Diantaranya adalah bahwa maktabah/toko buku tersebut akan mewakilkan 2 stand, tepatnya di hall 6 dan hall 4. Menurutnya bookfair akan dibuka setelah dhuhur, dan paginya akan diadakan pembukaan resmi. Im dengan beberapa teman telah sepakat untuk mengunjungi acara bergengsi tahunan ini, pukl 2 siang kami berangkat, cuaca mendung berawan tebal, dibarengi gerimis tipis yang tak berarti.

Sesampainya di gerbang, berita yang sementara kemarin malam im dapat bahwa tidak dipungut biaya untuk masuk ternyata salah, tiket masih seperti 2 tahun yang lalu, tidak ada perubahan. Ada beberapa hal yang berubah dan ada yang tidak. Yang tetap diantaranya yang im sebutkan tentang tiket masuk bookfair, beberapa posisi stand masih sama seperti Obekan, Madbuli, Darussalam, Ahram, KSA Corporation, Muassasah Risalah, Maktabah Taufiqiyah, Azbakiyah, Shorouk, Nahdhah Mashr dkk. Stand buku luar negri masih di hall 19 dan hall depan KSA Corporation. Tempat kafetaria juga masih tetap.

Adapun hal yang membuat im garuk kepala adalah hilang dan berubahnya hall yang sebelumnya ada. Contohnya adalah hall 8 dan 9 hilang entah kemana, padahal gedung-gedung yang tahun kemarin adalah permanen, sama sekali tidak ada sisa-sisa bangunan. Kalau dahulunya kita dengan nyaman duduk-duduk di taman maka hal itu tidak bisa kita lakukan lagi, lahan yang dulunya hijau dengan rumput sekarang gundul rata dengan coklatnya tanah. Yang lebih mengherankan lagi adalah dari belasan hall yang dulunya berbentuk gedung tembok permanen yang tersisa hanya hall 19 dan 17 saja, selain itu hanya stand yang berdirikan tenda besar dan luas. Beberapa alas yang digunakan pun hanya karpet lantai, yang dulunya tegel menjadi tanah kotor yang diluluri batu krikil dan aspal nanggung.

Di situs resmi cairobookfair, diberitakan bahwa Tunis akan menjadi tamu istimewa. Entah apa maksudnya tamu istimewa di atas, apakah akan ada banyak penerbit Tunis yang akan pasang stand? Sepertinya nggak juga, sekalipun belum sepenuhnya menjelajah seluruh stand, tapi tidak satu pun di hall yang menempatkan penerbit luar negeri im dapatkan dari Tunis. Paling Syiria, Lebanon, Jordan, Palestin, Sudan yang kemarin kami temukan. Atau mungkin bisa jadi dhoif syarif itu dimaksudkan dengan beberapa muhadhorah tentang revolusi Tunis dan pemerintahan transisi di negeri yang memulai aksi heroisme di negara-negara Arab.

Oh iya, menurut banner yang terpajang di tembok luar bookfair ini sudah berjalan sejak 43 kali, tahun, pekan, atau entahlah. Yang pasti ini adalah bookfair ke-3 selama im tingggal di Mesir, tahun 2011 kemarin tidak ada bookfair karena moment pasca ujian disambut dengan gegap gempita revolusi, tepat di hari akhir tingkat 4 jurusan tafsir mengakhiri ujian, tsaurah khomsah wa 'ishrin yanayir.

 

0 comments:

Post a Comment