Alhamdulillah tanggal yang ditetapkan untuk kembali ke tanah air tiba juga, 5 Maret 2012 dengan berat hati kaki melangkah keluar dari Bumi Kinanah. Setelah beberapa hari terjepit dengan kepengurusan administrasi ijazah, kepengurusan tiket yang hell yeah banget, beberapa ongkos yang masih beterbangan belum di tangan yang menyebabkan beberapa oleh-oleh dan titipan belum bisa terbeli, untuk yang ini hasbunallah wa ni’mal wakil-lah.
Hari selasa yang lalu, atau satu hari sebelum keberangkatan, im berniat untuk menyelesaikan administrasi ijazah di luar kampus, dari Tautsiq-Khorijiyah-Terjemah-Legalisir, rentetan administrasi tersebut akhirnya kandas, ya memang harus kandas karena waktu yang mendesak. Pulang dari Kharijiyah sebenarnya im hendak langsung ke Husein membeli oleh-oleh, eh tak dinyana kepala im mendadak pusing dan cenat-cenut, sampai di Rab’ah akhirnya im sempatkan istirahat dan sarapan (pukul 13.00) di RM Falas.
Di tengah kesumpekan dan keGALAUan persiapan pulang, im juga tertuntut untuk minta izin dan bertemu dengan beberapa teman/organisasi yang im rasa dekat, PMIK. Jadilah dengan beberapa orang saja, im sempatkan untuk bertemu dan menyapa beberapa adik kelas di organisasi tersebut, sekaligus praktek konsep take and give. Take: alias meminta izin dari teman-teman untuk meninggalkan PMIK dan Mesir, sekaligus Give: alias memberi beberapa kicauan seorang teman yang kebetulan lebih dahulu/senior masuk di organisasi perpustakaan tersebut, itung-itung menyempatkan diri untuk mentrasfer beberapa wejangan yang sempat im dapat dari yang sudah mendahului kami, ibarat ilmu dirayah hadits, antara perawi atas dan bawah harus bertautan.
Acara berlangsung singkat dan sederhana, yang penting maksud intinya tersampaikan. Dari Rab’ah im menuju Husein pukul 9 malam, sambil berharap cemas agar beberapa toko cinderamata masih buka. Sampai di pasar ada rasa yang beda, dulu ketika mengantar adik-adik kelas Rihlah Tarbawiyah seolah-olah im lah jagoan pasar ke sana-sini bertanya barang dan harga, tapi kali ini yang ada hanya beli barang dan pulang, jadilah beberapa item yang terbeli tanpa didahului dengan nego harga, halal insyaAllah. Dan lucunya, ketika itu im ingin beli bukhur atau bahasa Indonya semacam kemenyan wangi, 2 kotak yang im ingin tawar dengan harga 6 pond tidak diberikan oleh penjual, setelah membeli barang lain dari toko yang sama im keluar toko, melihat pengemis dengan fisik yang sengsara terkena luka bakar im ambil 2 koin uang pond untuk im taruh di samping pengemis, im sengaja menghindari kontak tangan karena jijay melihat tangan beliau sedang membersihkan luka bakarnya yang tak kunjung kering. Tanpa disengaja ternyata penjual yang tadinya alot memberi 2 bungkus bukhur akhirnya memanggil dan memberikan barang dimaksud dengan harga yang im tawar.
Malam yang melelahkan, sesekali im ngotot ke beberapa penjual meminta cinderamata dengan icon masjid dan bangunan islami seperti benteng Sholahudin, karena cinderamata yang dijual di Husein rata-rata dengan icon kebudayaan Firaun. Ada seorang penjual dengan tampang elit, im pikir mungkin dia adalah pemilik toko tersebut, im usulkan pendapat im agar beberapa toko cinderamata di Husein ditambah dengan barang-barang bericon keislaman, ia pun mengangguk hikmat mendengarkan. Ya, kami mahasiswa Azhar akan merindukan dengan sangat bangunan-bangunan klasik di Bumi Para Nabi ini.
Di malam ini juga im harus sudah siap dengan segala persiapan yang berhubungan dengan perpulangan. Baju, titipan, tinggalan dan keperluan lainnya harus diperhatikan dengan teliti, dan im bukan orang yang masuk dalam kategori ribet seperti ini :P).
Pagi menjelang siang Senin 5 Maret 2012 beberapa teman yang ingin mengantar berdatangan, ya beberapa, tidak banyak seperti orang lainnya yang ketika ada acara perpulangan terkadang jumlah orang yang mengantar mencapai hitungan kata satu kampung J.
Detik-detik menjelang keluar dari asrama im bertemu dengan beberapa pengurus asrama; Ust. Sami, Musthofa Sa’id dan Ust. Khalid. Dengan spontan mereka memberi salam erat perpisahan, ada beberapa doa dan untaian kata hikmah yang tertutur dari mereka. Mereka, orang-orang baik itulah yang selama ini memberi kesempatan kepada pelajar asing untuk tinggal di gedung dengan 5 lantai sebagai tempat naungnya, ada subsidi makan dan uang bulanan secukupnya. Terima kasih untuk keikhlasan para penderma; Muhandis Yasir dan Muhandis Khalid. Kami pun mengambil poto bersama, ada rasa GR ketika diantara beliau ingin mengambil posisi tepat di samping im, mereka bilang “INI AMIN, saya mau di sampingnya”, sebagai penghuni asrama tertua dengan 4 orang lainnya, sejak tahun 2009 kami menghuni tempat itu, atau dengan kata lain, kami lebih dahulu ada sebelum kebanyakan pengurus asrama ada. Ada kado yang mereka berikan kepada im, tapi sayang tertinggal di atas meja lantara di waktu yang sama Ust. Musthofa meminta tulisan tanda terimakasih sebagai perwakilan mahasiswa yang tinggal di sana untuk Jamiyyah/asrama, pernyataan terimakasih yang sebenarnya ingin im tulis panjang tersebut tidak diperkenankan, karena yang bersangkutan menginginkan tulisan itu saat ini juga, jadilah im didekte untuk menuliskan apa saja yang diucapkan, selama tidak ada pernyataan yang berlawanan dengan realita, im guratkan pena untuk sekedar tahu diri dan menghargai atas kebaikan orang lain.
0 comments:
Post a Comment