Wednesday, 31 October 2012


5 bulan di pondok Dimsa (Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen) ‘akhirnya’ terjadi juga sebuah moment yang menghentak, sebuah pengusiran 2 siswa SMP. Sebenarnya bukan rasa bahagaia yang kami rasakan, tidak mungkin ketulusan guru mengajar dibarengi dengan rasa haus akan pengusiran santri atau siswanya, namun di lembaga pendidikan manapun sebuah kesalahan dengan berbagai tingkatannya haruslah mempunyai sanksi klimaks yang memberi efek jera dan memutus mata rantai kriminalitas.
Tersebut di salah satu kelas di jenjang pendidikan kami, kelas 3 smp atau kelas 9 dalam penyebutan yang baru saya kenal. Kelas 9 sejak Juni saya menginjakkan kaki di komplek ini saya sudah sering mendenger tentang derajat kenakalan anak-anak tersebut, plus tentang beberapa oknum dengan beberapa kesalahan yang mereka perbuat, hingga akhirnya beberapa nama pun terinventarisir dalam memory saya, dan akhirnya 2 orang inilah yang untuk saat ini mendapat giliran pendidikan dengan dikeluarkan dari pondok.
Orang pertama berinisial FA, sangat kontras dengan wajahnya, wajah yang begitu lugu ternyata benar-benar tidak mewakili kelakuannya, terdaftar sebagai orang yang manja dan dimanja oleh keluarganya. Beberapa kali melakukan kesalahan seperti keluar pondok tanpa izin, berbohong atas nama orang tua, dll. Kesalahan-kesalahan yang menjadi indisikasi tersebut ternyata ke depan menggiring ke sebuah kesimpulan dan pengakuan atas kesalahan-kesalahan yang lebih dari itu.
Bentuk kemanjaannya antara lain, ketika ada sanksi dari anak-anak IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) –semacam OSIS atau OPPM- maka dengan serta merta ia akan melaporkan kepada orang tua tentang apa saja yang sudah diperbuat oleh kakak kelasnya, bahkan pernah keluar komentar darinya “Yo Pak lebokke neng penjoro wae” hanya karena ia pernah ditendang tidak seberapa oleh kakak kelasnya lantaran si FA berlaku bengal.
Kesalahan yang termasuk kategori besar adalah; berhubungan dengan pekerja bangunan masjid untuk membeli motor dan dibawa ke dalam pondok, membawa hp, merokok, minum minuman keras di komplek pondok (ini emang gila), terlebih yang buat hati miris adalah pernah suatu ketika dia kabur dari pondok menuju solo dengan alasan ibunya dirawat di rumah sakit, ternyata selang beberapa hari ibunya pun benar-benar menderita usus buntu dan akhirnya dioperasi di Solo.
Orang kedua berinisial TP. Berbanding balik dengan watak yang pertama, TP termasuk orang yang tidak manja tapi cenderung m-preman, bagaimana tidak, setiap dia melakukan kesalahan justru ia pamerkan ke beberapa temannya, contohnya ketika dia menyudahi meminum minuman keras ia pun dengan bangga memamerkan bau mulutnya kepada teman-teman se asrama “Hah, mambu ciu toh…” (bodoh dan tolol).
Si TP memang terkenal dengan membangkang, pernah suatu ketika ada informasi bahwa ia terlibat perkelahian dengan salah satu teman kelasnya, atau ketika diingatkan oleh guru selalu ada alasan yang terlontar melawan. Perwatakan seperti ini ternyata juga dipengaruhi oleh lingkungannya yang sangat tidak kondusif.
Berikut daftar kesalahannya; sering keluar dari pondok, merokok, meminum minuman keras, minum pil koplo, yang terakhir memang masih diperdebatkan, sekalipun dia terkenal sangat santun dan tunduk terhadap ibunya mungkin saking tidak teganya dia merubah kesaksian di hadapan kami, ketika dia memang mengaku pernah mengkonsumsi pil haram tersebut, akan tetapi ketika terjadi mediasi ulang dengan orang tua dia mengingkari pengakuan yang sudah ia ucapkan.
Ada perbedaan mencolok lainnya antar kedua bendulus ini. Jika TP digambarkan oleh ibunya sebagai pribadi yang taat orang tua maka si FA sangat bengal dan bahkan dalam kondisi ibu sakit pun dia malah mblayang entah kemana, sempat mengunci diri dan sang ayah pun hendak mencongkel pintu kamarnya, ironi. Kalau si FA tidak dikenal membangkang di depan guru sekalipun di belakang tetap melanggar peraturan, tapi tidak dengan si TP dia terlihat santai dengan tingkah membangkangnya di hadapan guru (alhamdulillah tidak berani di hadapanku J).

Sisa satu orang kelas 11, dan masih dalam penjajakan.

0 comments:

Post a Comment