Rombongan
survey bertolak dari pondok pukul 14.30, beberapa dari kita mengambil jalur
Plasan – Sribit – Jembatan Ngawan, rider lainnya mengambil jalur yang biasa;
pungkruk – Jembatan Nggawan, di tempat terakhir itulah kami bertemu dengan
beberapa teman lainnya. Perjalanan pun dilanjutkan; 6 motor; 2 Vixion – 2 Revo
– 1 Vega R – 1 Jupiter, 10 rider; Kriss, Bowo, Kaye, Amin eR, Nanta, Rois,
Arul, Kazema, Tegar dan Tieou.
Terhitung
beberapa kali kami berhenti tak beraturan, di antara kita ada yang membeli
pulsa, membeli bensin eceran atau perlengkapan lain seperti pilox dan baterai.
Akhirnya kami sepakat untuk turun minum di bilangan Ngargotirto di sebuah
warung untuk melepaskan dahaga yang terlalu gersang. 10 gelas degan dan 3 buah
degan, plus beberapa jajanan ringan lainnya.
Di gang
yang seharusnya kami belok kiri, beberapa teman lantaran mendahului juru kunci
terpaksa harus mbablas beberapa puluh meter dari rute yang seharusnya. Di jalan
setapak menuju dukuh Ngargoroso kami kembali belok kiri menuju Kedung Ombo di
lokal yang tadinya akan dibangun hotel D’Kraton, akan tetapi karena beberapa
kendala Bupati yang koruptor itu, pembangunan calon hotel pun terhenti dan
hanya menjadi bangkai yang menganggu pemandangan. Bangunan-bangunan yang hampir
runtuh, sebagiannya menjadi tempat zina dan mabuk-mabukan, seluruh dinding
kumuh dipenuhi coretan ABG (Anak Baru Gila) dan sebagian lainnya berbau anyir
lantaran najis.
Rombongan
kami pecah menjadi 2 divisi, 6 orang berpencar untuk membuat rute hiking, 4
lainnya menyusuri waduk. Divisi pertama berpecah lagi, ada yang membuat rute
hiking untuk putri, dan hal ini relatif mudah karena disesuaikan dengan jalan
beraspal, sedangkan rute pria lumayan melelahkan karena harus memasuki
rangkaian jalanan curam dalam hutan. Rombongan penyusur waduk membuat plot-plot
untuk game-game seperti; tarik tambang, futsal, voly, memancing dll.
Rute hiking
dan tempat permainan sudah ok. Akan tetapi ada beberapa hal yang mengganjal dan
perlu ditinjau ulang. 1) Tempat renang terancam gagal karena volume air yang
sudah agak pasang dan berarus kurang bersahabat untuk anak-anak. 2) MCK, untuk
sejumlah 300-an anak dengan aktifitas seperti tidak bisa tidak dan harus
menyiapkan minimal 3-5 MCK, keberadaan peserta out bond kurang lebih 3-4 jam di
sekitar waduk. 3) Di tempat out bond tersebut unsur wisata sangat kurang dengan
minimnya kapal-kapal yang direntalkan, minim penjual, sekalipun untuk penjual
im kira bisa diusahakan dengan mengoptimalkan para pedagang keliling agar
terfokus di sana. 4) Kalau memang Baksos dan Out Bond deal untuk digelar maka
harus ada pamplet yang menginformasikan kegiatan tersebut.
Keep Resist
!
0 comments:
Post a Comment